Rabu, 11 Januari 2012

Daftar Taman Nasional Di Indonesia

Taman Nasional (National Park) merupakan kawasan yang dilindungi oleh pemerintah dari perkembangan manusia dan polusi. Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Taman Nasional didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam.

Taman Nasional juga dilindungi oleh World Conservation Union Kategori II (IUCN; International Union for Conservation of Nature and Natural Resources). Di Indonesia terdapat 50 Taman Nasional. Bahkan 5 diantaranya dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia (World Heritage Sites) yaitu Taman Nasional Komodo, TN. Ujung Kulon, TN. Lorentz, TN. Gunung Leuser, TN. Kerinci Seblat, dan TN Bukit Barisan Selatan.

Daftar Taman Nasional di Indonesia berikut disajikan dengan format; “Nama Taman Nasional”; “Provinsi (Kabupaten)”; “Luas”; “Dasar hukum atau SK. penunjukkan sebagai Taman nasional”. Berikut Daftar nama Taman Nasional (National Park) di Indonesia:

Taman Nasional Indonesia di Sumatera

1. TN. Batang Gadis; Sumatera Utara (Mandailing Natal), 108.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 1266/Menhut-II/2004, 29 April 2004

2. TN. Berbak; Jambi (Tanjung Jabung), 162.700,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 285/Kpts-II/1992, 26 Februari 1992.

3. TN. Bukit Barisan Selatan; Bengkulu dan Lampung, (Bengkulu Selatan dan Lampung Utara), 365.000,00 ha. Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor : 736/Mentan/X/82, 14 Oktober 1982.

4. TN. Bukit Dua Belas; Jambi, (Sarolangun Bangko, Batanghari, Bungo Tebo), 60.500,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 258/Kpts-II/2000, 23 Agustus 2000.

5. TN. Bukit Tiga Puluh; Riau dan Jambi; (Bungo Tebo, Indragiri Hulu, dan Indragiri Hilir), 144.223,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 6407/Kpts-II/2002, 21 Juni 2002.

6. TN. Gunung Leuser; Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara, (Aceh Tenggara, Aceh Selatan, Aceh Timur, Langkat), 1.094.692,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 276/Kpts-VI/1997, 23 Mei 1997

7. TN. Kerinci Seblat; Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu, (Bengkulu Utara, Rejang Lebong, Kerinci, Muara Bungo, Sarolangun Bangko, Pesisir Selatan, Musi Rawas), 1.375.349,87 ha, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor : 901/Kpts-II/1999, 14 Oktober 1999. Perluasan taman nasional dengan tambahan kawasan 14.160,00 ha sesuai Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 420/Kpts-II/2004, 19 Oktober 2004 – jadi total luas 1.389.509,87 ha

8. TN. Sembilang; Sumatera Selatan, (Musi Banyuasin), 202.896,32 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 95/Kpts-II/2003, 19 Maret 2003.

9. TN. Siberut; Sumatera Barat, (Padang Pariaman), 190.500,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 407/Kpts-VI/1993, 8 Oktober 1993.

10.TN. Tesso Nilo; Riau, (Pelawan, Indragiri Hulu), 38.576,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 255/Kpts-II/2004, 19 Juli 2004.

11.TN. Way Kambas; Lampung, (Lampung Tengah), 125.621,30 ha, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor : 670/Kpts-II/1999, 26 Agustus 1999.

Taman Nasional Indonesia di Jawa

1. TN. Alas Purwo; Jawa Timur, (Banyuwangi), 43.420,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 190/Kpts-II/1993, 26 Februari 1993.

2. TN. Baluran; Jawa Timur, (Panarukan), 25.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 279/ Menhut-VI/1997, 23 Mei 1997.

3. TN. Bromo Tengger Semeru; Jawa Timur, (Pasuruan, Probolinggo), 50.276,50 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 278/Menhut-VI/1997, 23 Mei 1997

4. TN. Gunung Ciremai; Jawa Barat, (Kuningan, Majalengka), 15.500,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 424/Menhut-II/2004, 19 Oktober 2004.

5. TN. Gunung Gede Pangrango; Jawa Barat, (Bogor, Sukabumi, Cianjur), 21.975,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 174/Kpts-II/2003, 10 Juli 2003.

6. TN. Gunung Halimun – Salak; Jawa Barat, Banten, (Bogor, Sukabumi, Lebak),113.357,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 285/Kpts-II/1992, 26 Februari 1992.

7. TN. Gunung Merapi; DI Yogyakarta, Jawa Tengah, (Sleman, Magelang, Boyolali, Klaten), 6.410,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 134/Menhut-II/2004, 4 Mei 2004.

8. TN. Gunung Merbabu; Jawa Tengah, (Magelang, Semarang, Boyolali), 5.725,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 135/Menhut-II/2004, 4 Mei 2004.

9. TN. Kepulauan Karimunjawa; Jawa Tengah, (Jepara), 111.625,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor : 78/Kpts-II/1999, 22 Februari 1999.

10.TN(L). Kepulauan Seribu; DKI Jakarta, (Pulau Seribu), 107.489,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 6310/Kpts-II/2002, 13 Juli 2002.

11.TN. Meru Betiri; Jawa Timur, (Jember), 58.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 277/Menhut-VI/1997, 23 Mei 1997.

12.TN. Ujung Kulon; Banten, (Pandeglang), 123.156,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor : 758/Kpts-II/1999, 23 September 1999.

Taman Nasional Indonesia di Bali dan Nusa Tenggara

1. TN. Bali Barat; Bali, (Jembrana, Buleleng), 19.002,89 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 493/Kpts-II/1995, 15 September 1995.

2. TN. Gunung Rinjani; Nusa Tenggara Barat, (Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah), 41.330,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 280/Kpts-VI/1997, 3 Juni 1997.

3. TN. Kelimutu; Nusa Tenggara Timur, (Ende), 5.356,50 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 679/Kpts-II/1997, 10 Oktober 1997.

4. TN. Komodo; Nusa Tenggara Timur, (Manggarai), 173.700,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 306/Kpts-II/1992, 29 Februari 1992.

5. TN. Laiwangi – Wanggameti; Nusa Tenggara Timur, (Sumba Timur), 47.014,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 576/Kpts-II/1998, 13 Agustus 1998.

6. TN. Manupeu – Tanah Daru; Nusa Tenggara Timur, (Sumba Barat), 87.984,09 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 576/Kpts-II/1998, 3 Agustus 1998.

Taman Nasional Indonesia di Kalimantan

1. TN. Betung Kerihun; Kalimantan Barat, (Kapuas Hulu), 800.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 510/Kpts-II/1999, 30 Juni 1999.

2. TN. Bukit Baka- Bukit Raya; Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, (Sintang, Kasongan), 181.090,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 281/Kpts-II/1992, 26 Februari 1992.

3. TN. Danau Sentarum; Kalimantan Barat, (Kapuas Hulu), 132.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 34/Kpts-II/1999, 4 Februari 1999.

4. TN. Gunung Palung; Kalimantan Barat, (Ketapang), 90.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 448/Menhut-VI/1990, 3 Juni 1990.

5. TN. Kayan Mentarang; Kalimantan Timur, (Bulungan), 1.360.500,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 831/Kpts-II/1996, 7 Oktober 1996.

6. TN. Kutai; Kalimantan Timur, (Kutai), 198.629,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 325/ Kpts-II/1995, 29 Juni 1995.

7. TN. Sebangau; Kalimantan Tengah, (Katingan, Pulang Pisau, Kota Palangka Raya), 568.700,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 423/Menhut-II/2004, 10 Oktober 2004

8. TN. Tanjung Putting; Kalimantan Tengah, (Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur), 415.040,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 687/Kpts-II/1996, 25 Oktober 1996.

Taman Nasional Indonesia di Sulawesi

1. TN(L). Bunaken; Sulawesi Utara, (Minahasa), 89.065,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 730/Kpts-II/1991, 15 Oktober 1991.

2. TN. Bantimurung Bulusarawung; Sulawesi Selatan, (Maros, Bulukumba), 43.750,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 398/Menhut-II/2004, 18 Oktober 2004.

3. TN. Bogani Nani Wartabone; Sulawesi Utara, Gorontalo, (Bolaang Mangondow, Gorontalo), 287.115,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 1127/Kpts-II/1992, 19 Desember 1992.

4. TN. Kep. Togean; Sulawesi Tengah, (Tojo Una-una), 362.605,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 418/Menhut-II/2004, 19 Oktober 2004.

5. TN(L). Kepulauan Wakatobi; Sulawesi Tengara, (Buton), 1.390.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 765/Kpts-II/2002, 19 Agustus 2002.

6. TN. Lore Lindu; Sulawesi Tengah, (Donggala, Poso), 217.991,98 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 646/Kpts-II/1999, 23 Juni 1999

7. TN. Rawa Aopa Watumohai; Sulawesi Tenggara, (Kendari, Kolaka), 105.194,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 756/Kpts-II/1990, 17 Desember 1990.

8. TN(L). Taka Bonerate; Sulawesi Selatan, (Selayar), 530.765,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 92/Kpts-II/2001, 26 Februari 2001

Taman Nasional Indonesia di Maluku dan Papua

1. TN. Aketajawe – Lolobata; Maluku, (Halmahera Tengah, Kota Tidore Kepulauan, Halmahera Timur), 167.300,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 397/Menhut-II/2004, 18 Oktober 2004.

2. TN. Lorentz; Papua Barat, Papua, (Fakfak, Merauke), 2.450.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 154/Kpts-II/1997, 19 Maret 1997.

3. TN. Manusela; Maluku, (Maluku Tengah), 189.000,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 291/Kpts-II/1997, 23 Mei 1997.

4. TN. Teluk Cenderawasih; Papua Barat, Papua, (Yapen, Waropen, Manokwari), 1.453.500,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 8009/Kpts-II/2002, 29 Agustus 2002.

5. TN. Wasur; Papua, (Merauke), 413.810,00 ha, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 282/Kpts-VI/1997, 23 Mei 1997.


Berawal dari mencari data Taman Nasional yang sangat minim, saya mencoba untuk memasukkan data TN ini ke blog saya yang saya ambil langsung dari alamendah.wordpress.com.

Semoga data-data ini menjadi landasan awal kita, untuk memahami betapa kayanya alam kita; Indonesia, yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Memiliki beranekaragam kekayaan flora & fauna, serta budaya. Mari kita lestarikan alam kita tercinta demi masa depan bangsa dan generasi penerus bangsa ini.

Namun satu hal yang perlu kita junjung tinggi, seperti yang tertera pada lambang negara kita “Bhineka Tunggal Ika”. Perbedaan itu indah, apabila kita dapat memahami arti dari sebuah perbedaan itu. Perbedaan bukan sesuatu hal untuk membeda-bedakan, tetapi untuk menjunjung tinggi, menyatukan visi, dan melengkapi satu sama lain untuk mewujudkan suatu tujuan yang mulia.

Referensi :

http://alamendah.wordpress.com/2010/04/11/daftar-taman-nasional-di-indonesia/

Kamis, 05 Januari 2012

ILAHIYAH....menuju (KEABADIAN)

Apabila kau gemar memilih di antara segala sesuatu yang datang tidak dari Tuhan maka kau bukan penempuh jalan yang baik; Apabila kau suka memandang dirimu sendiri dimuliakan karena memiliki intan dan emas segudang, dan merasa dihinakan karena hanya memiliki setumpuk batu maka Tuhan tidak akan menyertaimu. Ingatlah, jangan kau sanjung intan dan kau tolak batu karena keduanya berasal dari Tuhan. Batu yang dilemparkan oleh Kekasih setia lebih baik daripada intan yang dijatuhkan oleh seorang wanita perusak rumah tangga” karya Fariddudin Attar.

(The 7 Awareness, Naqoy)

Syair di atas begitu indah dan apabila kita memahami makna yang tersirat dalamnya sangat luar biasa. Attar mencoba mengajak kita untuk memandang sesuatu tidak hanya dari materi saja, namun lebih ke Ilahiyah. Banyak di antara kita terlupakan oleh hal-hal yang sifatnya duniawi, tanpa berfikir apa sebenarnya kenikmatan yang haqiqi.

Bagi kita berfikir secara mendalam atas segala sesuatu yang terjadi mungkin sangatlah jarang. Kebanyakan kita berfikir hanya dalam batas kewajaran. Saatnya kita mencoba untuk belajar memahami segala sesuatu secara mendalam, apa makna yang tersirat dalam setiap sesuatu yang kita alami.

Sang Ilahi memberikan kita banyak sesuatu, namun kadang kita kurang memaknai apa yang diberikan-Nya itu. Apabila yang kita terima bersifat sederhana di mata dunia, kadang kita merasa hal itu tiada gunanya. Namun jika menerima sesuatu yang menakjubkan di mata dunia, tetapi sebenarnya datang dari sesuatu yang kurang baik kita merasa sesuatu tersebut sangat menakjubkan. Mengapa hal itu bisa terjadi? Itu karena cara pandang kita masih sempit; dalam batas keduniawian.

Marilah kita selalu mencoba untuk memandang sesuatu secara mendalam; jangan hanya pada bats keduniawian. Memandang sesuatu yang kita lakukan sampai kepada Yang Ilahi, niscaya hati kita akan merasa lebih tenang dalam mengerjakan sesuatu.

Kita harus ingat bahwa kehidupan dunia hanya sementara. Kehidupan dunia hanya untuk mencari bekal ke yang kekal. Ingatlah, dunia seisinya hanya milik Allah. Dunia hanya titipan-Nya, dan kita wajib untuk merawatnya.

SEMUA TERJADI KARENA SUATU ALASAN

Saya lupa, kapan artikel ini ada di laptop saya. Tapi setelah saya baca, rupanya cukup menarik dan penuh dengan inspirasi. Maka dari itu, saya coba sebarkan lewat blog ini dan harapannya memeberikan manfaat bagi pembaca. Sebelumnya maaf bagi yang punya artikel ini, saya ikut menyebarkannya. Semoga anda ridho... Selamat Membaca Kawan.

####

Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi astronot. Aku ingin terbang keluar angkasa, tapi aku tidak memiliki sesuatu yang tepat. Aku tidak memiliki gelar. Dan aku bukan seorang pilot. Namun, sesuatu pun terjadilah.

Gedung Putih mengumumkan mencari warga biasa untuk ikut dalam penerbangan 51-L, pesawat ulang-alik Challanger. Dan warga itu adalah seorang guru. Aku warga biasa dan aku seorang guru. Hari itu juga aku mengirimkan surat lamaran keWashington DC. Setiap hari aku berlari ke kotak pos.

Akhirnya datanglah amplop resmi berlogo NASA. Doaku terkabulkan. Aku lolos penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadi padaku.

Selama beberapa minggu berikutnya, perwujudan impianku semakin dekat saat NASA mengadakan test fisik dan mental. Begitu test selesai, aku menunggu dan berdoa lagi. Aku tahu aku semakin dekat pada impianku.

Beberapa waktu kemudian, aku menerima panggilan untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center .

Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000 orang dan kini aku menjadi bagian dari
100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir. Ada simulator, uji klaustrofobi, latihan ketangkasan dan percobaan mabuk udara.

Siapakah di antara kami yang bisa melewati ujian akhir ini...? Tuhan, biarlah diriku yang terpilih, begitu aku berdoa.

Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. NASA memilih Christina McAufliffe. Aku kalah. Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi.

Rasa percaya diriku lenyap dan amarah menggantikan kebahagiaanku. Aku mempertanyakan semuanya. Kenapa Tuhan...? Kenapa bukan aku...? Bagian diriku
yang mana yang kurang...? Mengapa aku diperlakukan kejam..?

Aku berpaling pada ayahku. Katanya,"Semua terjadi karena suatu alasan."

Selasa, 28 Januari 1986, aku berkumpul bersama teman-teman untuk melihat peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku menantang impianku untuk terakhir kali. Tuhan, aku bersedia melakukan apa saja, agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku...? Tujuh puluh tiga detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku saat Challanger meledak dan menewaskan semua penumpang.

Aku teringat kata-kata ayahku,"Semua terjadi karena suatu alasan."
Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun aku sangat menginginkannya, karena Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku di bumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah; aku seorang pemenang. Aku menang, karena aku telah kalah. Aku, Frank Slazak, masih hidup untuk bersyukur pada Tuhan, karena tidak semua doaku dikabulkan.

Tuhan mengabulkan doa kita dengan 3 cara :

1. Apabila Tuhan mengatakan YA

Maka kita akan MENDAPATKAN APA YANG KITA MINTA.

2. Apabila Tuhan mengatakan TIDAK

Maka kita akan mendapatkan yang LEBIH BAIK.

3. Apabila Tuhan mengatakan TUNGGU

Maka kita akan mendapatkan yang TERBAIK sesuai dengan kehendakNYA.

Tuhan tidak pernah terlambat, DIA juga tidak tergesa-gesa, namun DIA tepat waktu....

###

Semoga senantiasa kita selalu bersyukur atas karunia Tuhan yang telah diberikan kepada kita semua. Yakinlah bahwa itu yang terbaik bagi kita.... Selalu berdo'a & berusaha semaksimal mungkin untuk mencari ridho-Nya.... Aamiin

Rabu, 04 Januari 2012

Pengendalian Air dengan Biopori & Sumur Resapan

Umumnya di perkotaan, perencanaan rancangan bangunan kurang memperhatikan aspek lingkungan, khususnya resapan air. Umumnya lahan-lahan yang tidak terpakai untuk bangunan dilakukan pengerasan solid seperti plester atau tegel atau keramik. Sehingga pada musim hujan banyak lahan-lahan yang tergenang air akibat berkurangnya lahan yang dapat menyerap air ke dalam tanah, bahkan masalah tersebut dapat menyebabkan musibah banjir.Sedangkan pada musim kemarau cadangan air di dalam tanah semakin berkurang karena tidak ada air yang meresap ke dalam tanah. Sehingga menyebabkan kekeringan sumber air.

Sumur Resapan dan Biopori merupakan sebuah solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Biopori adalah metode resapan air dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Metode ini dicetuskan oleh Dr. Kamir R. Brata, salah satu peneliti dari Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Peningkatan daya resap air pada tanah dilakukan dengan membuat lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk menghasilkan kompos. Sampah organik yang ditimbunkan pada lubang ini kemudian dapat menghidupi fauna tanah, yang seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah. Beberapa desain mulut lubang biopori agar tidak longsor, ada yang diberi pipa atau dikeraskan dengan semen. Agar tidak membahayakan, tutup lubang biopori dengan bahan yang dapat ditembus air.


Sumur Resapan merupakan pengembangan dari biopori, dengan bangunan yang didesain mirip sumur mencapai kedalaman tertentu, biasanya lebih dari dua meter. Daya tampung air lebih besar dari biopori, bisa mencapai ribuan liter. Untuk menjaga pencemaran air di lapisan aquifer, sebaiknya kedalaman sumur resapan harus diatas kedalaman muka air tanah unconfined aquifer yang ditandai oleh adanya mata air tanah. Kerangka bangunan menggunakan batu bata tanpa spesi atau beton yang diberi rongga-rongga agar air dapat meresap kesamping. Di dalamnya diberi batu-batuan kerikil dan ijuk atau geotextile agar air mudah meresap, serta dapat menghidupi fauna tanah. Diatasnya sumur ditutup dengan plat beton, bila perlu diatasnya ditimbun tanah dan ditanami tanaman. Di dekat sumur resapn dibuat saluran penampung air hujan dan diberi pipa untuk memasukkan air ke sumur. Bila perlu dibuat tempat penyaring air/bak kontrol. Bak kontrol terdiri beberapa lapisan berturut-turut adalah lapisan gravel (kerikil), pasir kasar, pasir dan ijuk. Penyaringan ini dimaksudkan agar partikel-partikel hasil erosi dari daerah tangkapan air tidak terbawa masuk ke sumur sehingga tidak menyumbat pori-pori lapisan aquifer yang ada dan tidak terjadi pendangkalan. Selain itu dibuat juga pipa untuk mengalirkan air ke saluran limpasan apabila sumur resapannya kelebihan air. Lebih baik jika disamping kiri dan kanan saluran limpasan ditanami pohon agar air dapat diserap pohon melalui akar.

Selain untuk memaksimalkan resapan air kedalam tanah, manfaat biopori dan sumur resapan antara lain sebagai berikut.

1. Memaksimalkan peran dan aktivitas flora & fauna tanah.

2. Mengurangi genangan air di permukaan tanah akibat minimnya lahan resapan air.

3. Mencegah air terbuang percuma ke sungai/laut, sehingga mencegah intrusi air laut ke daratan..

4. Mencegah terjadinya erosi tanah dan banjir pada musim hujan, serta kekeringan pada musim kemarau.

5. Sebagai media untuk pembuatan pupuk kompos, sehingga membantu menyuburkan tanah.

**Q-jump**

Sumber:

Kementerian Negara Lingkungan Hidup

biopori.com

matoa.org

Arif, Ahmad dkk. 2009. Hidup Hirau Hijau. Jakarta: KPG

google.com

kibagus-homedesign.blogspot.com

WAKTU LUANG? SIAPA TAKUT!!!


Banyak aktifitas yang dapat dilakukan ketika kita sedang butuh yang namanya refreshing. Salah satu yang saya lakukan pagi di kampus adalah mengikuti kegiatan pengamatan satwaliar, burung dan primata. Selain menghibur, kegiatan pengamatan ini juga termasuk untuk olah raga. Karena memang medannya cukup menantang. Sayang medannya tidak saya abadikan karena kebetukan saya tidak bawa kamera.

Hal yang sebenarnya ingin saya tawarkan kepada teman-teman adalah bagaimana cara mengisi waktu luang untuk hal-hal yang positi. Banyak di antara kita kadang bingung mengisi waktu luang, karena berfikir terlalu jauh. Misalnya ketika kita berada di kampus IPB misalnya, kita pengen ngisi waktu luang. Tapi berfikirnya ingin jalan-jalan ke Bogor. Padahal waktu itu tidak ada motor, kondisi cuaca sedang tidak baik. Coba kalau kita berfikir secara efisien dan bijak menanggapi hal itu. Apa yang bisa kita lakuakan di kampus ya? Maka kita akan banyak berfikirnya tentang hal-hal atau aktifitas yang dapat dilakukan disekitar kampus. Contohnya joging, atau hal yang sifatnya akademik (baca artikel, atau yang tingkat akhir misalnya nulis skripsi) hehehe.

Mari kita bersama-sama selalu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, seefisien mungkin untuk hal-hal yang positif. Memanfaatkan waktu untuk kemaslahatan ummat (banyak orang). Semoga kita selalu diberikan kemudahan serta kesabaran untuk selalu istiqomah menjalankan setiap aktifitas. Salam SUKSES untuk kita semua.