Jumat, 10 Februari 2012

Belajar Lima Hari Plus-Plus (Surabaya & Malang)



Petualangan itu dimulai dari perjalanan ke Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) pada Senin ba’da Subuh dari Cilebut, Bogor. Saya bersama tim; yang biasa disebut PD Team, yaitu mas Darno, mbak Novi, mbak Luluk; sebagai fasilitator lingkungan akan mengadakan kegiatan pendidikan lingkungan di Sekolah Dasar (SD) Surabaya & Malang. Kegiatan ini diadakan oleh ESIA, salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang telekomunikasi. Seperti biasa, suasana jalan ke Jakarta pada waktu berangkat kerja pasti macet; baik jalan biasa maupun jalan tol. Hari itu macetnya beda dengan hari-hari lain. Saya pikir karena banyak orang yang mau bepergian keluar kota naik pesawat, rupanya di dekat gerbang tol Ancol terjadi kecelakaan beruntun. Syukur masih belum terlambat. Sampai di Bandara Soekarno-Hata (Soetta) saya dan mbak Luluk masih bisa cek-in. Setelah barang dari bagasi taxi diturunin, kami langsung saja ambil “trolli” untuk ngangkut barang dan langsung menuju ke tempat pemeriksaan barang. Setelah barang-barang masuk mesin pemeriksaan, petugas curiga dengan isi barang yang ada di “taperware“. (Waktu itu kami emang tergesa-gesa, kayak orang kesurupan) Petugas pemeriksa barang curiga dengan kaleng yang ada di dalem “taperware”. Pada saat ditanya aku lupa kaleng yang ada di dalam itu apa. Akhirnya terpaksa dibukalah “taperware” dan di acak-acaklah barang-barang yang ada di dalamnya. Udah susah-susah packingnya, diacak-acak lagi sama petugas. Dasar si petugas. Eee.... rupanya cuma kaleng untuk mainan telpon-telponan. Pengalaman pertama di Bandara jadi kayak orang “katrok”. Waktu sudah mepet lagi. Mungki petugas pemeriksa barang curiga gara-gara buru-buru kayak orang kesurupan. Truss diriku berjenggot lagi. Dikirain TERORIS bawa “BOOM” kali ya... Hehehe.... Untungnya kami masih bisa cek-in. Kami buru-buru cek-in, soalnya tim lain; mas Darno & mbak Novi; masih terkena macet diperjalanan dan sudah ditunggu sama sopir di Surabaya. Kami memutuskan janjian bertemu di Surabaya. Rupanya kita paling terakhir masuk pesawat. Tidak lama berikutnya, pesawat siap terbang.

Perjalanan dari Bandara Soetta ke Bandara Juanda Surabaya satu jam sepuluh menit. Di dalam pesawat, saya menonton film yang layar monitornya berada di kursi depan saya. Rupanya pilihannya banyak booo.... Film, Musik, Magazine, Games, dll. Karena bingung mau nonton apa, akhirnya saya nonton saja Tom & Jerry. Biasa, masa kecil terlalu bahagia; maksudnya masa kecil kurang bahagia....Hahaha. Lama-lama bosan juga. Setelah bosan nonton Tom & Jerry, saya cari-cari video yang menarik. Saya putuskan lihat video wisata budaya Indonesia. Ada dua film, pertama aku tonton saja video tentang Candi Borobudur. Mengingat-ingat masa tujuh tahun yang lalu. Belajar menghargai budaya yang agak dilupakan oleh orang pribumi karena terlalu sibuk ngurus politik. Tiga belas menit berlalu, videopun berakhir. Dilanjutkan dengan nonton video wisata ekologi & budaya Sumatera Utara yang terkenal dengan Danau Toba dan budaya suku Nias. Baru beberapa menit nonton, videonya dimatikan gara-gara pesawat mau landing. Saya masih penasaran dengan budaya Toba itu dan memutuskan untuk meneruskannya ketika balik dari Malang ke Jakarta.

Sampai di Bandara Juanda, kami langsung menuju ke pengambilan barang bagasi. Di pengambilan bagasi, kami bertemu dengan mbak Manda, yaitu salah satu rekan dari ESIA Jakarta. Setelah selesai ngambil barang, kami langsung keluar bandara. Rupanya kami sudah ditunggu Pak Sopir di tempat penjemputan. Sopir itu namanya Pak Iwan, orang Surabaya asli yang dulu bekerja sebagai sopir angkutan umum. Setelah barang-barang sudah dimasukkan ke mobil, kami langsung menuju ke Darmo kota Satelit, kantornya ESIA di Surabaya. Disana kami hanya sebentar, setelah itu langsung cari tempat makan siang di Warung Bu Kriss. Warung Bu Kriss terletak dibelakang TMP (Taman Makam Pahlawan) Surabaya. Sambil menunggu mas Darno & mbak Novi yang ketinggalan pesawat kami makan duluan saja. Menu kali ini, Ayam goreng, telor dadar, tempe, dengan sambal sedang pedasnya dan es jeruk. Kurang lebih setelah satu jam kemudian, mas Darno dkk dateng.

Selesai makan siang, kami menuju ke kantor ESIA dulu, dan berkenalan dengan mbak Mirna & Pak Imam, GM Surabaya. Dilanjutkan ke SD lupa namanya, lokasi kegiatan Kelas Hijau ESIA di Surabaya. Awal kedatangan di SD, saya dikira mau jemput anaknya pulang sekolah. Padahal saya kesana mau survey lokasi untuk acara besok. Emang muka saya kelihatan bapak-bapak ya? Kami langsung ke lokasi dan koordinasi dengan tim EO Surabaya. Setelah semuanya terkoordinasi dengan bik, kami langsung menuju ke Hotel untuk istirahat. Namanya Hotel Mercure, bagus, bersih, dan bernuansa modern, tapi sayang wifinya “mbayar”. Hehehe.... Di cafe hotel saya kenalan dengan mbak Nindya dan mas Yudha, yang biasa di panggil mas Ulill; belum tau kenapa bisa dipanggil demikian. Untungnya di cafe ada wifi gratis; tapi jika memesan makanan atau minuman lebih dari tiga puluh ribu rupiah; langsung saya buka laptop dan minta pasword ke kasir. Saya kirim tugas-tugas kuliah ke teman saya yang sudah menunggu nan jauh disana. Lega rasanya tugas kuliah sudah bisa di kirim. Jadi saya bisa lebih fokus mengikuti petualangan lima hari di Jawa Timur. Saya langsung ke kamar Hotel nomer 1007. Setelah masuk kamar, saya kaget. Kok listriknya gak mau hidup. Di coba pencet-pencet semua sakelar juga gak hidup-hidup. Saya menunggu, berharap petugas lewat. Tapi gak ada satupun yang lewat. Akhirnya mas Darno keluar dari kamarnya, yang berada di depan kamar saya. Kemudian saya tanya kepada mas Darno. E.....rupanya kartunya harus dipasang di dekat pintu agar bisa nyala listriknya. Dasar wong katrok. Maklumlah.....pengalaman pertama. Lalu saya istirahat di kamar sampai ba’da Maghrib. Yang cewek-cewek pada jalan-jalan belanja. Maklumlah...........hehehe.

bromo..... panorama yang menakjubkan!!!

Ba’da maghrib kami jalan-jalan keliling kota Surabaya. Makan nasi bebek dekat Museum Tugu Pahlawan. Ke Kenjeran lihat Jembatan Suramadu dari sisi lain. Ke “Gang Dolly” lihat etalase manusia. Hehehe. Habis itu muter-muter lewati Museum Kapal Selam. Pukul sepuluh malam kami balik ke hotel untuk istirahat. Sampai di hotel bukannya istirahat, tapi malah gak bisa tidur. Ada perasaan demam panggung menyelimuti saya menghadapi kegiatan besok pagi. Agar gak gabut karena gak bisa tidur, saya menyiapkan & mengecek perlengkapan-perlengkapan buat besok pagi. Setengah dua belas saya baru bisa tidur. Tidur juga gak nyenyak. Dikirain sudah pagi, rupanya masih jam setengah dua pagi. Saya tidur lagi, kemudian bangun, tidur lagi, dan seterusnya. Sampai akhirnya saya jam setengah lima bangun pagi sebelum alarm bunyi jam lima pagi berbunyi. Saya langsung mandi saja, biar segerrr....

Selesai berdandan, kami langsung makan pagi di hotel, kemudian berangkat ke lokasi. Kali ini saya makan nasi goreng campur. Ada yang beda di breakfast itu, minuman jamu. Saya langsung saja minta beras kencur, agar badan lebih segar. Setelah sampai lokasi, suasana menjadi beda dan lebih “rilex” dibanding sepuluh jam yang telah berlalu. Saya masih agak bingung memposisikan diri saat permulaan kegiatan. Pengalaman pertama menjadi fasilitator di Kelas Hijau ESIA. Pada saat mengajak siswa-siswa bermain ular tangga pun saya masih kurang bisa mengatur diri. Visualisasi kurang, agak sedikit canggung karena ada media yang meliput. Jadi harus belajar bekerja secara profesional, seperti yang sering dikatakan sama mas Darno. Setelah kegiatan di SD selesai, saya merasa lega, walaupun ada beberapa yang harus saya perbaiki untuk kegiatan berikutnya di Malang. Selesai acara kami makan siang di Gang Djangkrik, sebuah restoran yang kelihatannya dikelola oleh orang keturunan Cina. Saya agak gak “srek” dengan tempatnya, karena rupanya ada menu-menu yang mengandung daging babi. Tapi mau gimana, sudah ada di dalam. Mau keluar gak enak, yang cewek-cewek sudah pada makan, yang memang sudah datang lebih awal daripada saya dan mas Darno. Mas Darno bingung mau pesan menu apa. Tanya ke pelayan menu yang paling aman. Tapi kayaknya sama saja, tempat masaknya kelihatannya satu loyang. Hehehe..... Saya pesan saja, mie baso, lupa namaya karena namanya panjang dan minum es degan. Tapi rasa baksonya aneh, bikin perasaan jadi “was-was”. Jangan-jangan.............

Setelah selesai makan, kami langsung ke Tanjung, pusat oleh-oleh di Sidoarjo. Tak lupa saya belikan oleh-oleh buat teman-teman di Bogor. Kemudian kami mampir di Candi kakaknya mbak Novi. Kurang lebih sekitar sejam lebih kami disana sambil makan pisang keju, es campur yang seger, karena kebetulan sangat panas siang itu. Setelah itu kami berangkat ke Malang lewat jalur alternatif melewati dekat bendungan lumpur lapindo. Pemandangan sore itu sangat bagus banget. Padang ilalang dekat bendungan dengan suasana matahari yang mulai terbenam. Sekawanan kerbau & beterbangan kelompok burung yang menghiasi pemandangan langit sore itu. Sepanjang perjalanan saya lebih banyak tidur. Gak tau kenapa, pasti seperti itu. Kami ke Malang bersama Pak Nur Hadi, sopir yang juga mengantarkan kami jalan-jalan malam di kota Surabaya. Sampai di Malang, tepatnya Hotel Graha Cakra sekitar jam setengah tujuh kurang sepuluh menit, yang sebelumnya muter-muter dulu di Kota Malang cari lokasi Hotel, karena banyak jalan jalur satu arah.

Saya sama Pak Nur langsung menuju kamar untuk istirahat sebentar, karena ba’da Isya’ keluar lagi untuk mencari makan malam. Saya dapat kamar 224 bersama Pak Nur. Hotelnya unik, asri, bernuansa rumah kuno peninggalan Belanda. Di beberapa sisi dihiasi dengan barang-barang antik. Kami langsung memasukkan barang ke kamar, mandi, sholat dan siap-siap makan malam. Malam itu kami mencari tempat makan yang suasananya lain daripada yang lain; seperti museum bersejarah, yaitu warung Inggil namanya. Desainnya unik, menarik, dan pasti ada penyanyi musik dan kalau mau kita bisa tampil bernyanyi diiringi keyboard yang handal. Selain itu banyak barang-barang bersejarah disana. Dari mana restoran ini mendapatkan barang bersejarah seperti itu. Kami foto-foto dulu buat kenang-kenangan. Yang paling banyak foto-foto mbak Manda, hampir di semua “lini” buat berpose. Hahaha...... Sambil menunggu makanan, saya dikerjain sama mas Darno dkk, katanya saya sedang ulang tahun. Untungnya gak disuruh maju buat nyanyi. Akhirnya saya malah dinyanyiin lagu selamat ulang tahun dan dikasih lilin yang “gede”. Dengan isenganya, saya tiup saja lilinnya. Kasihan capek-capek bawanya. Sekalian biar seperti ulang tahun beneran. Hehehe........... Malam itu banyak menu yang di pesan, sate ayam, ikan nila, ayam goreng, tempe apa namanya, sambel pete, sambel mangga, urap, lele, dll; sampai-sampai meja gak cukup. Malam itu benar-benar pesta makanan. Saya sampai kekenyangan gara-gara disuruh menghabiskan makanan. Sayang juga kalau gak di makan. Ya to? Hehehe......

Suasana Menjelang Sunrice di Bromo

Setelah dari Inggil, kami langsung kembali ke Hotel, karena tengah malam kami harus berangkat ke Bromo. Di kamar saya ngobrol-ngobrol saja sama Pak Nur karena gak bisa tidur. Lagian waktu itu sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat. Sambil nonton Bukan Empat Mata yang pada waktu itu bintang tamunya Aura Kasih, Dewi Persik & Jonathan Frizy. Tapi sayang, akhirnya saya keok juga, alias ketiduran. Tengah malam saya dibangunkan Pak Nur, dan langsung siap-siap. Diperjalanan, seperti biasa, langsung tidur pulas. Tau-tau sudah sampai lokasi wisata Bromo. Rupanya di Bromo dingin, tak seperti yang saya kira. Kami langsung pesan mobil Jeep untuk ke tanjakan dua, karena tanjakan satu sedang rusak. Dari berhentinya mobil Jeep, rupanya ujung tanjakan dua lumayan jauh, terus menanjak. Kasian para “wonder women”. Mbak Manda, akhirnya naik kuda. Baru beberapa menit naik kuda, mbak Manda minta turun, karena memang cukup menakutkan, naik kuda dipinggir tebing. Setelah kurang lebih tiga perempat perjalanan. Kami harus menaiki tangga untuk sampai di lokasi. Sesampai di atas saya kaget, kok sepi? Mungkin karena belum liburan kali ya..... Beberapa menit kemudian. Saya melihat gerombolan mobil Jeep berbondong-bondong menuju tanjakan dua. Rupanya kami terlalu awal sampai ditanjakan. Terlalu semangat kali ya... Hehehe.... Detik-detik sun rice, pengunjung menjadi membludak, mayoritas para bule-bule yang bawa kamera untuk mengabadikan keindahan alam bromo.

Sekitar pukul enam lebih, tangan say sudah terasa mulai kaku karena kedinginan. Akhirnya kami memutuskan untuk turun. Dibawah Jeep sudah menunggu. Kami langsung menuju ke padang pasir tempat dimana disana ada pendopo untuk upacara kasodo. Pemandangannya sangat menarik. Ditengah-tengah perjalanan, tak lupa kami mengabadikan dulu pemandangan itu. Setelah itu baru kami lanjutkan perjalanannya. Kami puas-puaskan disana sebelum balik lagi ke Kota Malang. Berfoto-foto, jalan-jalan, naik kuda. Diperjalanan ke Malang, lagi-lagi tidur pulas. Hehehe.... Kami langsung menuju ke Hotel untuk bersih-bersih diri, kemudian menuju ke SD Tujung Sekar 3, lokasi Kelas Hijau ESIA diadakan.

Siang itu, kami ganti mobil. Dari mobil sewa Surabaya, diganti dengan mobil sewa Malang. Pak Nur pulang ke lokasinya Surabaya, diganti dengan driver, mas Rudi. Siang itu kami makan siang di makanan khas Madura, nasi Bhuk namanya. Sebelumya kami rapat dulu di Gerai ESIA Malang bersama mas Toni dan Tim EO Malang, Erwin dkk. Setelah selesai makan siang, kami balik ke Hotel untuk istirahat. Diperjalanan kami melihat tempat oleh-oleh malang. Kami mampir sebentar, mencicipi roti sambil minum kopi. Sesampai di Hotel, kamarnya pindah di 103. Emang sih kamarnya beda dengan yang sebelumya, tapi lumayannlah gak naik turun. Saya tidur sampai sore, karena gak ada kegiatan. Mau ikutan wonderwomen jalan-jalan males.

Seperti biasa, sore saya di ajak main-main lagi ke Adiknya mbak Novi yang sedang diklat PNS. Setelah itu ke Hotel lagi Jemput mbak Manda, baru berangkat makan malam. Kali ini kami makan di Bakso President. Lokasinya menarik, dekat rel kereta api. Baksonya lumayan enak dibanding yang ada di Bogor. Saya pesan Bakso komplit spesial dan jeruk anget. Tak lupa kami foto-foto dulu disana. Hahaha. Setelah itu dilanjutkan ke Restoran tempo doloe “ OEN”. Setingannya seperti rumah-rumah kuno dengan banyak meja tamu, tapi emang kuno sih rumahnya. Disana saya bingung mau pesan apa, karena sudah makan. Saya pesan saja Es dengan mana Oen Spesial. Es krimnya lumayan enak, apalagi rasa krimnya, berasa nikmat banget... malam itu kami gak terlalu lama, sekitar jam setengah sembilan sudah di Hotel, tidak seperti biasanya. Malam itu saya lupa kalau tim fasilitator & mbak Manda belum dikirim kaos. Padahal sore itu sebelum di ajakl Mas Darno ke adiknya mbak Novi, saya ketemu Erwin (Tim EO) untuk ngasih perlengkapan-perlengkapan buat acara besok. Akhirnya saya coba komunikasi dengan Erwin. Karena Tim EO pagi-pagi harus ke Lokasi acara, akhirnya dia nyaranin malam itu juga untuk nganter ke Hotel kaosnya. Saya menyanggupi permintaan erwin. Saya tunggu, kok lama kali...... sudah hampir putus asa, karena saya mulai mengantuk. Baru mau sms, ada yang menelpon. Rupanya Roby, salah satu timnya Erwin nganteri kaos. Setengah dua belas saya baru bisa istirahat.

mengabadikan moment indah di bromo

Pagi-pagi sebelum alarma berbunyi, saya sudah bangun. Langsung saja saya mandi biar lebih fresh. Setelah itu gedor-gedor kamar untuk bagikan kaos. Setelah itu saya packing barang-barangnya, lalu makan pagi di hotel. Saya coba mencicipi bubur ayam. Kayaknya salah ngracik kali ya, asiiin buanget.... mau gak dihabisin sayang. Akhirnya saya siasatin sambil minum agar gak terlalu asin. Hahaha....

Kami sampai di lokasi kegiatan sekitar jam delapan lewat. Anak-anak sudah mulai menggerombol di ruangan yang dipakai untuk kegiatan Kelas Hijau Esia. Kali ini saya lebih rilex dibandingkan dengan yang di Surabaya. Saya mulai bisa menempatkan posisi, mulai belajar visualisasi, vocal, dan juga ekspresi. Mantaplah, pengalaman yang tidak dapat saya dapatkan dibangku kuliah. Bagaimana mengatur anak-anak yang notabene sukar diatur. Bagaimana mendekatkan diri kepada mereka, dan kita dapat memasuki dunianya yang nantinya kita dapat memberikan sesuatu yang positif kepada mereka tentang pendidikan lingkungan.

Siang itu acara telah selesai, saya senang sekali bisa berbagi pengalaman dengan adik-adik melalui kegiatan Kelas Hijau ESIA. Harapannya, pengalaman yang saya bagi dapat diimplementasikan oleh adik-adik baik yang di Surabaya maupun di Malang. Setelah dari SD Tunjung Sekar 3, seperti biasa wisat kuliner. Kami coba cari makan rujak Cingur. Enak, mirip ketoprak. Cuma ada kikilnya. Hehehe.

Bermain Ular Tangga Siswa SDN Tunjung Sekar 3, Malang

Setelah makan siang, mbak Manda cek-out dulu dari malng untuk pulang ke Jakarta karena besoknya ada kepentingan di jakarta. Satu mobil, wonderwomen ke Bandara, dan mobil satunya ke Hotel untuk istirahat. Saya ganti kamar lagi di 326 bersama mas Darno. Kamarnya bagus seperti 224, tapi Cuma double bat. Sampai di hotel bukannya istirahat, tapi ngenet di restoran Hotel bersama mas Ulill. Lumayan hotspot gratis. Hahaha..... Sore itu merupakan kesempatan untuk main-main dengan temen-temen Elv Army (Sebutan untuk alumni SMA DU 2 Jombang angkatan 11) Malang. Sore itu langsung saya contact yang malam sebelumnya saya cari-cari CP anak-anak Elv Malang. Kebetulan ada teman saya yang sore itu bisa jemput. Saya minta dijemput di Hotel. Don sore itu hingga malam adalah untuk temanku Elv Malang. Seperti kebiasaan teman-teman, malam itu kami kumpul ditempat nongkrong anak-anak Elv Malang. Ngobrol-ngobrol sambil main UNO. Malam itu sampai jam sepulh kurang saja, karena saya jam sepuluh harus ke hotel untuk packing-packing barang. Setelah packing, saya susah tidur. Akhirnya baru bisa tidur sekitar tengah malam karena acara di TV gak ada yang bagus.

Paginya saya langsung siap-siap, karena mau ketemu dosen pembimbingnya mbak Novi. Sebelum itu kami makan pagi dulu di hotel. Karena sudah merasakan bubur ayamnya yang aneh “asin”. Akhirnya saya makan nasi goreng campur spesial (ayam, mie, sosis, daging, rendang). Lalu disusul dengan makan omlet dan jus jambu. Selesai makan, kami berangkat ke rumahnya mbak Ina, temennya mbak Novi. Setelah itu dilanjutkan ke UNIBRAW Fak. MIPA. Rumahnya berada di dalam, masuk-masuk gang. Mungkin kalau saya disuruh di depan, gak nyampek-nyampek ke rumahnya mbak Ina. Perlu jam terbang yang banyak. Hehehe.....

Di UNIBRAW saya berkenalan dengan Pak Agung dan Pak Aris. Membicarakan masa lalu sampai-sampai lupa waktu. Hahaha. Kemudian main-main ke sekretariat HIMABIO UB dan berkenalan dengan Bayu, gak tau angkatan berapa. Yang penting punya contact personnya. Hehehe. Semoga ini menjadi awal bagi saya untuk membangun jaringan ke Jawa Timur. Sampai sekarang, jaringan ke Jawa Timur & Jawa Tengah masih belum ada. Setelah itu kami balik ke hotel dulu untuk cek-out dari hotel. Sebelum ke bandara, kami mampir makan siang dulu menik mati nasi pecel, yang susah kalau dicari di Bogor. Hehehe.... Kemudian ke toko-toko olah raga buat beli pakaian Olah raga. Lumayan, harganya lebih murah daripada di Bogor. Jam dua kami sampai di bandara. Bandaranya kecil, karena memang bandara itu sebenarnya milik TNI AU. Tempat tunggunya sempit, panas, mirip terminal bus. Hahaha....

Akhirnya kami jam tiga kurang seperempat berangkat ke Jakarta. Yang saya harap-harapkan untuk melanjutkan video film di dalam pesawat sirna karena rupanya pesawatnya tidak seperti pada saat ke Surabaya. Akhirnya saya tidur saja di dalam pesawat, karena kondisi saya tidak begitu fit di sore itu. Sesampai di bandara Soetta, kami anteri nunggu taxi. Akhirnya kami mencoba cari lewat atas, ditempat keberangkatan. Baru saya tahu jika kita naik taxi dari atas alias tempat keberangkatan bisa kena sanksi. Taxi yang saya tumpangi langsung menuju ke Bintaro dulu untuk mengantar mas Ulill, baru menuju ke Cilebut. Diperjalanan isinya mobil pada pulang kerja. Bisa ditebak apa jadinya, macet... Sampai di cilebut sekitar jam setengah sembilan malam. Akhirnya petualangan saya selama lima hari ini sangat menarik. Beberapa keinginan yang dulu pernah saya impikan bisa tercapai. Salah satunya ke Bromo, yang sudah lama saya mimpi-mimpikan sejak kecil. Semoga pengalaman ini menjai sebuah kado istimewa saya sebelum ujian semester.

Salam
Horas!!!

Bogor, 8 Juni 2011
Bospory

Edit (Ponorogo, 10 Februari 2012)

Kamis, 09 Februari 2012

Panorama & Nyanyian Alam di Citalahab

Camping ground itu terlihat beda dengan setahun sebelumnya, tetapi tetap memberikan kesan yang mendalam saat menginjakkan kaki disana. Beranekaragam panorama menghiasi Camping Ground itu. Disebelah Barat, padi yang sudah siap panen menunduk dengan bersahaja. Kawanan burung bondol meminta sang padi merelakan sebagian bijinya untuk mengisi amunisi lambungnya. Gerombolan anak kecil dengan semangat mencoba menangkapi gerombolan burung bondol dengan jebakan jaring. Disamping sawah itu, berdiri rumah berpanggung beranyamkan bambu dengan balutan desain modern. Tampak agak jauh, hamparan kebun Teh Nirmala Agung ikut meramaikan suasana. Malam harinya, nyanyian katak bersahut-sahutan satu sama lain di malam hari. Ikut menghiasi indahnya malam dengan alunan nada.

Utara & Timur Camping Ground, tampak semak-semak dan pepohonan berbaris menutupi sungai. Sungai itu yang biasa dipakai untuk menyegarkan badan yang gerah dan menghilangkan hadast besar karena mimpi. Sungai itu arusnya tak terlalu deras dan juga tak terlalu dalam. Selain batu-batu kecil didalamnya, beberapa terdapat batu-batu besar. Di bagian tebing sungai yang landai itu, tumbuh semak-semak dengan substrat tanah berpasir. Berjejer pula dibalik semak-semak itu gundukan pasir yang diberi patahan ranting berdiri, pertanda bahwa tempat itu sudah diisi sampah-sampah lambung.


Camping Ground Citalahab, selalu mengesankan

Disebelah Selatan Camping Ground, berdiri dengan kokoh pepohonan yang tinggi, gerombolan tumbuhan bawah dan liana yang tumbuh secara acak membentuk hutan hujan tropis yang lebat, rumah beranekaragam satwaliar. Apabila pagi hari datang, terdengar nyanyian beraneka satwa. Owa jawa dengan suara lantang memanggil kawanannya, serta kicauan burung-burung saling bersahutan satu sama lain.

Menjelang siang, matahari dengan gagah mengeluarkan cahayanya yang silau. Cahaya itu menjadi sumber energi termal bagi burung-burung pemangsa untuk terbang menghiasi langit-langit biru. Namun, jika cahaya matahari terhalang oleh gerombolan awan, burung-burung pemangsa itu enggan terbang bebas mengarungi angkasa.

#####

Nyanyian itu terasa begitu indah, menentramkan jiwa-jiwa yang gundah. Menyegarkan pikiran-pikiran yang penat. Nyanyian bisa kita dengar dan rasakan pada saat kita diam. Saat diam itulah, indra pendengaran mencoba mengambil alih kepemimpinan dari lima indra yang lain.

“Kebenaran tertinggi hanya terdapat

Dalam keheningan, bukan dalam

Kata-kata yang terbatas”

(NaQoY)

“Keheningan itu indah.

Jangan memecahkannya kecuali

jika Anda bisa memperbaikinya”

(NaQoY)

Dengarlah nyanyian air yang mengalir di sungai menerjang batu-batu besar & kecil

Dengarlah nyanyian air yang turun dari langit

Dengarlah nyanyian angin yang menerjang padi-padi yang merunduk

Dengarlah nyanyian angin yang menerjang pohon-pohon besar

Dengarlah nyanyian angin yang menerjang & mematahkan pohon-pohon lapuk

Dengarlah nyanyian angin yang menerjang & merubuhkan tenda-tenda biru

Dengarlah nyanyian satwa-satwa itu...

Apakah mereka sedang senang, duka, lara...

Atau meminta pertolongan kita...

Apa arti dari nyanyian-nyanyian itu?

Aku pun juga tak tau

Namun aku merasa tenang dan damai

Mendengarkannya

“Kalau Anda diam, maka Tuhan yang berbicara”

Ponorogo, 19 Februari 2012

Bospory

Senin, 06 Februari 2012

Menjalankan Misi Menuju Citalahab

Perjalanan itu dimulai ketika kedua cewek yang aku beri nama Wonder Women (WW) selesai mempersiapkan barang bawaanya yang terbilang sangat banyak, sama halnya dengan diriku yang membawa carrier & dua tas “srempang” yang bikin leher rasanya mau copot. Pagi itu, kami bertiga harus “ngeteng” untuk menuju ke Citalahab, Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) lokasi dimana camp Jelajah Halimun didirikan. Kami adalah tim pertama yang menyusul ke TNGHS karena ada satu “peserta” yang tertinggal di Kampus (maksudnya gak bisa ikutan berangkat awal karena ada urusan). Untuk itulah, aku ditunjuk oleh Ketua Metamorfosa menjalankan misi mengantarkan “peserta” yang tertinggal ini. Hahaha.....Sok keren gitu.....Perjalanan pertama, kami dengan terpaksa harus sewa angkot agar lebih cepat sampai ke Baranangsiang. Keberangkatan kami tidak sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan, karena ada kendala teknis (susah bangun tidur). Namun apadaya, jalan tidak bisa di ajak kompromi, dibeberapa lokasi tetap saja macet; apalagi di “Jalan Baru” kami bisa sampai cerita menghabiskan beberapa episode. Hehehe..... Lebay.....

Sekitar pertengahan antara pagi dan siang, kami sampai di Baranangsiang, dan langsung dapat angkutan jurusan Sukabumi. Perjalanan juga tidak bisa “mulus-mulus” amat, karena kondisi beberapa jalan macet. Terpaksa harus sabar booo.... Dengan nikmatnya, “peserta” sudah tidur lelap aja, padahal baru saja naik. Kemudian disusul dengan WW yang satunya, yang ikutan nyusul. Tinggal giliranku yang ingin ikutan menyusul ke dunia mimpi tetapi harus terus ‘terjaga’; jangan sampai tidur; karena bisa kebablasan.... Bahaya kalau harus bolak-balik naik angkot. Bisa-bisa gak jadi ke TNGHS. Perjalanan kedua ini kami tempuh sampai pasar Parung Kuda. Disana kami harus menunggu angkutan lagi menuju ke Cipeteuy...

Setelah ditunggu-tunggu datanglah angkutan yang kami kira sampai ke Cipeteuy. Kami langsung naik, walaupun dengan kondisi penuh sesak. Carrier terpaksa ditaruh di atas mobil. Perlalanan terasa begitu asyik karena melewati area pedesaan dengan banyak hiasan hijau di kanan-kiri jalan. Sesampai di depan Balai TNGHS, mobil berhenti. Rupanya aku dengan sopir berbeda persepsi. Sopir kira kami turun ke Balai untuk mengurus perizinan, sedangkan yang sebenarnya kami inginkan adalah turun dipertigaan Cipeteuy. Rupanya mobil hanya sampai di pertigaan pos ojeg Kabandungan. Dengan sangat terpaksa, kami harus melanjutkan perjalanan dengan langkah kaki dari pertigaan Kabandungan.

Ketika carrier diturunkan, o aroma apa ini??? Cari sampai dapat..... Rupanya tercium aroma ikan asin yang begitu “nikmat” (anonim). Rupanya aroma itu adalah cairan yang ada di atas mobil yang mengolesi carrier kami. Kami coba bersihkan dengan air seadanya, namun aroma “nikmat” itu tak kunjung hilang, mukin saking banyaknya “parfum” itu merasuk dalam “jiwa” carrier itu. Hehehe....

hujan di kebun teh tak menyurutkan langkahku

Kami bawa saja carrier itu sambil mencari tempat peristirahatan untuk menghadap Sang Khalik (Masjid). Di Masjid, kami coba bersihkan lagi carrier-carrier dari aroma ikan asin itu. Meskipun tak bisa 100% hilang, setidaknya bisa berkurang sengatan aroma itu. Berhubung belum makan siang, kami mampir ke Warung dulu untuk mengisi amunisi, sebagai bekal perjalanan. Setelah amunisi dirasa sudah cukup, saatnya melanjutkan perjalanan.....

Perjalanan terasa begitu lambat ditemani teriknya sang surya menyinari langkah kami. Baru beberapa langkah istirahat.... Lanjut, beberapa langkah istirahat..... Begitu seterusnya. Memang ada yang gak beres dengan dengan carrier ‘peserta’ ini; sudah body carrier gak sesuai, berat pula. Maka dari itu moto yang harus kami pegang adalah “alon-alon asal kelakon” & “sedikit demi sedikit lama2 jadi bukit” (pendek pendek jika digabung jadi panjang)..... Ibu-ibu merasa iba melihat kami jalan sambil membawa carrier yang “segede gaban”, terlebih-lebih saat melihat raut muka “peserta” yang begitu melas banget, mirip orang dianiaya. Hehehe.... Mereka menawari kami istirahat.... Ya, begitulah yang membuat kami sering istirahat, tak kuat menahan godaan tawaran tempat duduk yang teduh dengan ditemani semilir angin yang datang silih berganti....

Walaupun perjalanan ditempuh setahap demi tahap, akhirnya sampai juga di pertigaan Cipeteuy tepat kumandang sholat ‘Ashar. Kami putuskan untuk istirahat di Musholla untuk sholat ‘Ashar terlebih dulu.

Gerimis menyambut kami sore itu. Kami coba untuk menunggu hingga reda. Gerimispun reda dan kami lanjutkan perjalanan dengan santai, sambil berharap bisa sampai di Musholla Leuwiwaloh sebelum malam untuk istirahat disana karena kondisi sudah menjelang maghrib. Dalam alunan langkah, kami berharap akan ada kendaraan yang lewat searah dengan jalur kita. Mungkin karena berkat do’a “peserta” yang teraniaya, harapan itupun tercapai dengan lewatnya Truck yang membawa bata ke Cisalimar. Kami ditawari untuk bareng naik Truck sampai Cisalimar. Hati kami pun “bimbang” harus berkata apa. Ya, karena memang perjalanan masih sangat jauh dengan banyak pertimbangan akhirnya kami tak dapat menolak tawaran tersebut.

Sampai di Cisalimar gerimis menyambut... Terpaksa setelah turun dari Truck, kami harus berteduh menunggu hujan reda. Disela-sela menunggu hujan reda, kami coba mengatur strategi dengan “peserta” sambil menikmati apel dari “surga” yang begitu segar & nikmaaat... (mungkin karena laper & haus kayaknya). Strategi itu adalah bagaimana menjelaskan kepada panitia & peserta tentang perjalanan kami yang penuh dengan tanda tanya bagi mereka. Agar mereka semua tidak curiga dengan perjalanan kami yang mungkin dianggap aneh (Dua Hari, Naik Ban, Berangkat Kesiangan, Dan Sederet Peristiwa Aneh Lainnya).



menikmati keindahan kebun teh

Hujanpun reda, kami harus lanjutkan perjalanan itu untuk mencari tempat peristirahatan alternatif; Musholla, dikampung terdekat. Ditengah-tengah perjalanan, kami melihat nikmatnya tempat duduk disamping Warung itu kalau seandanya duduki. Karena memang sangat tergoda dengan tempat duduk itu, kami niatkan untuk “mencicipi” tempat duduk itu sekalian mencari informasi tentang keberadaan Musholla. Kami coba untuk bertanya ke pemilik Warung, katanya daerah ini adalah kampung terakhir sebelum sampai ke gerbang TNGHS. Kebetulan sekali di dekat Warung (50 m-an) tersebut ada Musholla. Akhirnya aku putuskan untuk menginap disana saja, karena sudah tidak memungkinkan lagi untuk melanjutkan perjalanan. Dikirain WW’s takut ada apa gitu kalau menginap di Musholla, rupanya mereka bingung makan malamnya gimana....??? Ya dengan terpaksa, aku menawarkan diri membeli makanan untuk nanti malem (Padahal di daerah ini malam sudah sepi, kayaknya tidak ada warung yang buka). Yang penting aku masih ada persedian roti. Memang kami ada beras & bahan makanan lain, tapi tidak berguna tanpa adanya kompor & kawan-kawannya. Kebetulan kami tak satupun yang bawa peralatan masak.

Sampai di musholla, beberapa menit setelah melepas carrier, datang seorang laki-laki setengah baya menyamperin kami. Terjadilah dialog antara kami dan Bapak tersebut.

Bapak : Mau kemana dik?

Mas Gantheng : Mau ke Citalahab Pak, karena sudah sore kami mohon izin untuk bermalam di Musholla.

WW’s : J.....???

Bapak : Gak boleh tidur di Musholla, tempat ini buat sholat. Bolehnya nginep di rumah saya. Hehehe... Ayo barangnya bawa ke atas.

WW’s : Heee.... asyiikkan........

Mas Gantheng : Ayo kita bawa ke atas. Berkat do’a orang teraniaya (“peserta”).... Hehehe

Begitu nikmatnya, sambutan keluarga Bapak ini terhadap tamu-tamu yang baru mereka kenal. Nama beliau adalah Pak Akhim, mantan Kadus Cisalimar. Kami mendapatkan fasilitas yang menurut kami sangat istimewa, Tempat tidur & makan gratis......Hehehe.... Malam itu di rumah beliau kami tidur lebih awal, karena memang kondisi disana menjelang ba’da isya’ sudah sangat sepi.

terong susu

KEMBALI KE MASA LALU: Sesampai di Rumah Pak Akhim, kami disambut oleh Ibu Akhim dengan membawa teh hangat. Nikmat rasanya.... Saya berbincang-bincang dan kedua WW jalan-jalan sambil “memotret-motret” apa yang mereka jumpai. Kami melihat terong yang aneh bentuknya, katanya namanya “terong susu”. Kami juga melihat bunga yang beraneka bunga yang indah menghiasi halaman Rumah Pak Akhim. Di sebelah Rumah Pak Akhim kami sempat mengajak anak kecil... Gemes ngelihat anak kecil yang lucu....

Perjalanan yang rencana mau kami lakukan setelah subuh dibatalkan, karena kurang etis pagi-pagi minta izin pulang (padahal biar sekalian biar dapet makan pagi dulu........ hehehe). Pagi itu, kami coba packing ulang carrier2nya WW’s yang bermasalah terutama punya “peserta” sambil menunggu jamuan pagi dari tuan rumah.

Setelah makan pagi kami siap2 untuk pamit. Tak lupa saya keluarkan beberapa sampah yang ada di dalam tubuh saya agar mengurangi beban dalam perjalanan. Hehehe.... Tak lupa kami berfoto2 dulu dengan Pak Akhim & istrinya. Tapi apa yang terjadi? Kamera tiba-tiba error..... Berkali-kali di coba tetap error.... aku coba otak-atik, tetap error.... akhirnya dengan kecewa & malu, kami lanjutkan saja perjalanannya.

Perjalanan terasa begitu nikmat, karena perut sudah terisi dan cuaca pagi itu begitu bersahabat. Kurang lebih dua kilometer kami jalan, sampailah di gerbang TNGHS. Kami istirahat sambil mencari “pampers” yang hilang... Tahukah u kalau pampers dan pembalut dipakai untuk bantalan lengan carrier?

Perjalanan dari gerbang ke Cikaniki terbilang begitu cepat... Hanya istirahat lepas carrier sekali. Sisanya hanya membungkukkan badan kalau sudah terasa capek jalan. Sedikit demi sedikit.... sambil melihat patok penunjuk jarak, semakin dekat dengan Cikaniki angka patok tersebut semakin kecil. Batu berjalar menemani langkah kami, diiringi pepohonan dan semak yang berbaris di kanan-kiri jalan. Kondisi waktu itu sudah mendung. Kami berharap bisa sampai Cikaniki sebelum hujan tiba.

Akhirnya target kami berhasil sampai Cikaniki sebelum hujan tiba. Kami istirahat disana, untuk berfoto-foto, makan; karena kondisi memang sudah lapar dan sholat Dhuhur. Di sela-sela istirahat, datang Owa Jawa (Hylobates moloch) menyambut kami. Sungguh, perjalananku tak sia-sia, penuh dengan berbagai moment yang tak terduga. Sudah enam kali mengunjungi lokasi ini, baru pertama kali menikmati perjalanan yang penuh dengan “misteri” ini.... Hehehe...

Beberapa saat kemudian, hujanpun tiba. Daripada “ngegabut” lebih baik masak mie instan saja, lumayan buat isi perut. Aku yang menyediakan mienya dan WW’s yang memasak. Sungguh nikmatnya makan mie siang itu... Sebelum berangkat, tak lupa strategi kami atur kembali dalam menjawab pertanyaan mereka (panitia & peserta), agar mereka tak curiga.

Kami putuskan melanjutkan perjalanan ke Citalahab setelah hujan reda. Jam dua kami baru mulai melanjutkan perjalanan dengan melalui kebun Teh Nirmala. Ditengah-tengah perjalanan huja lebat. Kami putuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan dengan bantuan payung. Bukit demi bukit kami lalui. “Peserta” bertanya-tanya terus, kapan nyampeknya? Agar tidak terlalu capek, kami sempatkan melihat-lihat pemandangan Kebun Teh yang membentang luas. Tak lupa kami sempatkan untuk mengabadikan moment ini. Satu jam kemudian sampailah kami di Camping Ground Citalahab dengan penuh bangga.

Berbagai rintangan telah dilalui dengan baik. Akhirnya misiku berhasil juga sampai ke Citalahab dengan selamat mendampingi kedua WW..... Hehehe....

Ponorogo, 6 Februari 2011

Bospory

Jumat, 03 Februari 2012

Tahukah Kamu Perbedaan Kata Aamiin Dengan Amin?

Mungkin kita tidak menyadari kata-kata bahasa asing yang kita ucapkan tersebut memiliki arti yang berbeda dari apa yang kita harapkan. Kebanyakan dari kita hanya mengikuti, serta diimplementasikan tanpa berfikir ingin tahu apa arti dari apa yang sering kita tulis atau ucapkan.

Salah satu contoh gampangnya bagi umat muslim adalah bacaan sholat, yaitu lafaldz aamiin. Tahukah kalau kata-kata yang mendekati aamiin memiliki makna yang berbeda?

1. ”AMIN” (alif dan mim sama-sama pendek), artinya AMAN, TENTRAM
2. "AAMIN” (alif panjang & mim pendek), artinya MEMINTA PERLINDUNGAN KEAMANAN
3. ”AMIIN” (alif pendek & mim panjang), artinya JUJUR TERPERCAYA
4. “AAMIIN” (alif & mim sama-sama panjang), artinya YA TUHAN, KABULKANLAH DOA KAMI

Biasanya pada saat kita smsan, atau comment satatus sering menulis kata yang seharusnya menurut kita memiliki makna yang sama dengan bacaan sholat, tetapi rupanya kata yang kita tulis salah. Untuk itu, marilah kita coba belajar untuk mau lebih tahu makna dari apa-apa yang ada di kehidupan kita.

Sumber :

Usaha (Kerja Keras) Jangan Cuma Mikir Doank

Kata Dr. James memang benar bahwa " saya tidak pernah menjumpai seseorang menderita karena bekerja keras, tapi banyak menjumpai orang menderita karena banyak berpikir tapi tak cukup untuk berusaha". Biasanya masalah-masalah seperti ini banyak dijumpai disekitar kita (kampus) bagi mahasiswa awal semester yang banyak tugas (kuliah & organisasi) dan mahasiswa tingkat akhir (yang bingung nulis skripsi). Hahahaha

Memang itulah suatu dinamika hidup, kadang di atas- kadang dibawah (mirip roda yang berputar). Atau melewati jalan yang berliku-liku (kiri-kanan-naik-turun). Namun apabila kita bisa menyikapi hal itu, maka hidup serasa lebih nikmat seperti biasanya. Banyaknya suatu dinamika menjadi suatu tantangan hidup dan banyak pelajaran yang bisa kita ambil dibalik berbagai masalah yang ada. Kuncinya, jangan terlalu mudah putus asa ataupun mengeluh. Berusaha, Jujur, Sabar, & Berdo'a.

Dalam surat al 'Ashr ayat 3 : watasoubil haqqi, watashshoubisshobr (dan nasihat menasihati dalam berbuat kebenaran, dan nasihat menasihati dalam menetapi kesabaran). Kalimat ini menggambarkan betapa pentingnya kita saling menasihati antar sesama dalam berbuat kebenaran & kesabaran. Manusia tak ada yang sempurna, tempatnya lupa atau khilaf. Untuk itu, marilah kita saling menasihati antar sesama, apabila ada yang berbuat khilaf. Kita nasihati dengan lembut dan kesabaran apabila teman kita susah untuk dinasihati. Perlahan tapi pasti (sedikit demi sedikit). Insyaallah akan luluh juga.

Mari bersama-sama merubah diri untuk menjadi yang lebih baik, jangan sampai menjadi orang yang hanya berangan-angan saja. Kata Leo Tolstoy "banyak orang ingin mengubah dunia, tapi tidak banyak diantara mereka ingin mengubah dirinya sendiri". Jangan terlalu banyak bermimpi maupun berkhayal yang terlalu berlebihan. Coba kita lihat dari diri kita sendiri, apa yang sudah kita lakukan hari ini, hari lalu, dan apa yang akan kita lakukan besok.....

Semoga kita menjadi orang yang berguna bagi

NUSA, BANGSA & AGAMA

Aamiin....

PEACE LOVE