Memberikan arti bagi kehidupan, memberikan inspirasi bagi kehidupan, memberikan harapan bagi kehidupan
Jumat, 10 Februari 2012
Belajar Lima Hari Plus-Plus (Surabaya & Malang)
Kamis, 09 Februari 2012
Panorama & Nyanyian Alam di Citalahab
Camping ground itu terlihat beda dengan setahun sebelumnya, tetapi tetap memberikan kesan yang mendalam saat menginjakkan kaki disana. Beranekaragam panorama menghiasi Camping Ground itu. Disebelah Barat, padi yang sudah siap panen menunduk dengan bersahaja. Kawanan burung bondol meminta sang padi merelakan sebagian bijinya untuk mengisi amunisi lambungnya. Gerombolan anak kecil dengan semangat mencoba menangkapi gerombolan burung bondol dengan jebakan jaring. Disamping sawah itu, berdiri rumah berpanggung beranyamkan bambu dengan balutan desain modern. Tampak agak jauh, hamparan kebun Teh Nirmala Agung ikut meramaikan suasana. Malam harinya, nyanyian katak bersahut-sahutan satu sama lain di malam hari. Ikut menghiasi indahnya malam dengan alunan nada.
Utara & Timur Camping Ground, tampak semak-semak dan pepohonan berbaris menutupi sungai. Sungai itu yang biasa dipakai untuk menyegarkan badan yang gerah dan menghilangkan hadast besar karena mimpi. Sungai itu arusnya tak terlalu deras dan juga tak terlalu dalam. Selain batu-batu kecil didalamnya, beberapa terdapat batu-batu besar. Di bagian tebing sungai yang landai itu, tumbuh semak-semak dengan substrat tanah berpasir. Berjejer pula dibalik semak-semak itu gundukan pasir yang diberi patahan ranting berdiri, pertanda bahwa tempat itu sudah diisi sampah-sampah lambung.
Camping Ground Citalahab, selalu mengesankan
Disebelah Selatan Camping Ground, berdiri dengan kokoh pepohonan yang tinggi, gerombolan tumbuhan bawah dan liana yang tumbuh secara acak membentuk hutan hujan tropis yang lebat, rumah beranekaragam satwaliar. Apabila pagi hari datang, terdengar nyanyian beraneka satwa. Owa jawa dengan suara lantang memanggil kawanannya, serta kicauan burung-burung saling bersahutan satu sama lain.
Menjelang siang, matahari dengan gagah mengeluarkan cahayanya yang silau. Cahaya itu menjadi sumber energi termal bagi burung-burung pemangsa untuk terbang menghiasi langit-langit biru. Namun, jika cahaya matahari terhalang oleh gerombolan awan, burung-burung pemangsa itu enggan terbang bebas mengarungi angkasa.
#####
Nyanyian itu terasa begitu indah, menentramkan jiwa-jiwa yang gundah. Menyegarkan pikiran-pikiran yang penat. Nyanyian bisa kita dengar dan rasakan pada saat kita diam. Saat diam itulah, indra pendengaran mencoba mengambil alih kepemimpinan dari lima indra yang lain.
“Kebenaran tertinggi hanya terdapat
Dalam keheningan, bukan dalam
Kata-kata yang terbatas”
(NaQoY)
“Keheningan itu indah.
Jangan memecahkannya kecuali
jika Anda bisa memperbaikinya”
(NaQoY)
Dengarlah nyanyian air yang mengalir di sungai menerjang batu-batu besar & kecil
Dengarlah nyanyian air yang turun dari langit
Dengarlah nyanyian angin yang menerjang padi-padi yang merunduk
Dengarlah nyanyian angin yang menerjang pohon-pohon besar
Dengarlah nyanyian angin yang menerjang & mematahkan pohon-pohon lapuk
Dengarlah nyanyian angin yang menerjang & merubuhkan tenda-tenda biru
Dengarlah nyanyian satwa-satwa itu...
Apakah mereka sedang senang, duka, lara...
Atau meminta pertolongan kita...
Apa arti dari nyanyian-nyanyian itu?
Aku pun juga tak tau
Namun aku merasa tenang dan damai
Mendengarkannya
“Kalau Anda diam, maka Tuhan yang berbicara”
Ponorogo, 19 Februari 2012
Bospory
Senin, 06 Februari 2012
Menjalankan Misi Menuju Citalahab
Perjalanan itu dimulai ketika kedua cewek yang aku beri nama Wonder Women (WW) selesai mempersiapkan barang bawaanya yang terbilang sangat banyak, sama halnya dengan diriku yang membawa carrier & dua tas “srempang” yang bikin leher rasanya mau copot. Pagi itu, kami bertiga harus “ngeteng” untuk menuju ke Citalahab, Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) lokasi dimana camp Jelajah Halimun didirikan. Kami adalah tim pertama yang menyusul ke TNGHS karena ada satu “peserta” yang tertinggal di Kampus (maksudnya gak bisa ikutan berangkat awal karena ada urusan). Untuk itulah, aku ditunjuk oleh Ketua Metamorfosa menjalankan misi mengantarkan “peserta” yang tertinggal ini. Hahaha.....Sok keren gitu.....Perjalanan pertama, kami dengan terpaksa harus sewa angkot agar lebih cepat sampai ke Baranangsiang. Keberangkatan kami tidak sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan, karena ada kendala teknis (susah bangun tidur). Namun apadaya, jalan tidak bisa di ajak kompromi, dibeberapa lokasi tetap saja macet; apalagi di “Jalan Baru” kami bisa sampai cerita menghabiskan beberapa episode. Hehehe..... Lebay.....
Sekitar pertengahan antara pagi dan siang, kami sampai di Baranangsiang, dan langsung dapat angkutan jurusan Sukabumi. Perjalanan juga tidak bisa “mulus-mulus” amat, karena kondisi beberapa jalan macet. Terpaksa harus sabar booo.... Dengan nikmatnya, “peserta” sudah tidur lelap aja, padahal baru saja naik. Kemudian disusul dengan WW yang satunya, yang ikutan nyusul. Tinggal giliranku yang ingin ikutan menyusul ke dunia mimpi tetapi harus terus ‘terjaga’; jangan sampai tidur; karena bisa kebablasan.... Bahaya kalau harus bolak-balik naik angkot. Bisa-bisa gak jadi ke TNGHS. Perjalanan kedua ini kami tempuh sampai pasar Parung Kuda. Disana kami harus menunggu angkutan lagi menuju ke Cipeteuy...
Setelah ditunggu-tunggu datanglah angkutan yang kami kira sampai ke Cipeteuy. Kami langsung naik, walaupun dengan kondisi penuh sesak. Carrier terpaksa ditaruh di atas mobil. Perlalanan terasa begitu asyik karena melewati area pedesaan dengan banyak hiasan hijau di kanan-kiri jalan. Sesampai di depan Balai TNGHS, mobil berhenti. Rupanya aku dengan sopir berbeda persepsi. Sopir kira kami turun ke Balai untuk mengurus perizinan, sedangkan yang sebenarnya kami inginkan adalah turun dipertigaan Cipeteuy. Rupanya mobil hanya sampai di pertigaan pos ojeg Kabandungan. Dengan sangat terpaksa, kami harus melanjutkan perjalanan dengan langkah kaki dari pertigaan Kabandungan.
Ketika carrier diturunkan, o aroma apa ini??? Cari sampai dapat..... Rupanya tercium aroma ikan asin yang begitu “nikmat” (anonim). Rupanya aroma itu adalah cairan yang ada di atas mobil yang mengolesi carrier kami. Kami coba bersihkan dengan air seadanya, namun aroma “nikmat” itu tak kunjung hilang, mukin saking banyaknya “parfum” itu merasuk dalam “jiwa” carrier itu. Hehehe....
Kami bawa saja carrier itu sambil mencari tempat peristirahatan untuk menghadap Sang Khalik (Masjid). Di Masjid, kami coba bersihkan lagi carrier-carrier dari aroma ikan asin itu. Meskipun tak bisa 100% hilang, setidaknya bisa berkurang sengatan aroma itu. Berhubung belum makan siang, kami mampir ke Warung dulu untuk mengisi amunisi, sebagai bekal perjalanan. Setelah amunisi dirasa sudah cukup, saatnya melanjutkan perjalanan.....
Perjalanan terasa begitu lambat ditemani teriknya sang surya menyinari langkah kami. Baru beberapa langkah istirahat.... Lanjut, beberapa langkah istirahat..... Begitu seterusnya. Memang ada yang gak beres dengan dengan carrier ‘peserta’ ini; sudah body carrier gak sesuai, berat pula. Maka dari itu moto yang harus kami pegang adalah “alon-alon asal kelakon” & “sedikit demi sedikit lama2 jadi bukit” (pendek pendek jika digabung jadi panjang)..... Ibu-ibu merasa iba melihat kami jalan sambil membawa carrier yang “segede gaban”, terlebih-lebih saat melihat raut muka “peserta” yang begitu melas banget, mirip orang dianiaya. Hehehe.... Mereka menawari kami istirahat.... Ya, begitulah yang membuat kami sering istirahat, tak kuat menahan godaan tawaran tempat duduk yang teduh dengan ditemani semilir angin yang datang silih berganti....
Walaupun perjalanan ditempuh setahap demi tahap, akhirnya sampai juga di pertigaan Cipeteuy tepat kumandang sholat ‘Ashar. Kami putuskan untuk istirahat di Musholla untuk sholat ‘Ashar terlebih dulu.
Gerimis menyambut kami sore itu. Kami coba untuk menunggu hingga reda. Gerimispun reda dan kami lanjutkan perjalanan dengan santai, sambil berharap bisa sampai di Musholla Leuwiwaloh sebelum malam untuk istirahat disana karena kondisi sudah menjelang maghrib. Dalam alunan langkah, kami berharap akan ada kendaraan yang lewat searah dengan jalur kita. Mungkin karena berkat do’a “peserta” yang teraniaya, harapan itupun tercapai dengan lewatnya Truck yang membawa bata ke Cisalimar. Kami ditawari untuk bareng naik Truck sampai Cisalimar. Hati kami pun “bimbang” harus berkata apa. Ya, karena memang perjalanan masih sangat jauh dengan banyak pertimbangan akhirnya kami tak dapat menolak tawaran tersebut.
Sampai di Cisalimar gerimis menyambut... Terpaksa setelah turun dari Truck, kami harus berteduh menunggu hujan reda. Disela-sela menunggu hujan reda, kami coba mengatur strategi dengan “peserta” sambil menikmati apel dari “surga” yang begitu segar & nikmaaat... (mungkin karena laper & haus kayaknya). Strategi itu adalah bagaimana menjelaskan kepada panitia & peserta tentang perjalanan kami yang penuh dengan tanda tanya bagi mereka. Agar mereka semua tidak curiga dengan perjalanan kami yang mungkin dianggap aneh (Dua Hari, Naik Ban, Berangkat Kesiangan, Dan Sederet Peristiwa Aneh Lainnya).
menikmati keindahan kebun teh
Hujanpun reda, kami harus lanjutkan perjalanan itu untuk mencari tempat peristirahatan alternatif; Musholla, dikampung terdekat. Ditengah-tengah perjalanan, kami melihat nikmatnya tempat duduk disamping Warung itu kalau seandanya duduki. Karena memang sangat tergoda dengan tempat duduk itu, kami niatkan untuk “mencicipi” tempat duduk itu sekalian mencari informasi tentang keberadaan Musholla. Kami coba untuk bertanya ke pemilik Warung, katanya daerah ini adalah kampung terakhir sebelum sampai ke gerbang TNGHS. Kebetulan sekali di dekat Warung (50 m-an) tersebut ada Musholla. Akhirnya aku putuskan untuk menginap disana saja, karena sudah tidak memungkinkan lagi untuk melanjutkan perjalanan. Dikirain WW’s takut ada apa gitu kalau menginap di Musholla, rupanya mereka bingung makan malamnya gimana....??? Ya dengan terpaksa, aku menawarkan diri membeli makanan untuk nanti malem (Padahal di daerah ini malam sudah sepi, kayaknya tidak ada warung yang buka). Yang penting aku masih ada persedian roti. Memang kami ada beras & bahan makanan lain, tapi tidak berguna tanpa adanya kompor & kawan-kawannya. Kebetulan kami tak satupun yang bawa peralatan masak.
Sampai di musholla, beberapa menit setelah melepas carrier, datang seorang laki-laki setengah baya menyamperin kami. Terjadilah dialog antara kami dan Bapak tersebut.
Bapak : Mau kemana dik?
Mas Gantheng : Mau ke Citalahab Pak, karena sudah sore kami mohon izin untuk bermalam di Musholla.
WW’s : J.....???
Bapak : Gak boleh tidur di Musholla, tempat ini buat sholat. Bolehnya nginep di rumah saya. Hehehe... Ayo barangnya bawa ke atas.
WW’s : Heee.... asyiikkan........
Mas Gantheng : Ayo kita bawa ke atas. Berkat do’a orang teraniaya (“peserta”).... Hehehe
Begitu nikmatnya, sambutan keluarga Bapak ini terhadap tamu-tamu yang baru mereka kenal. Nama beliau adalah Pak Akhim, mantan Kadus Cisalimar. Kami mendapatkan fasilitas yang menurut kami sangat istimewa, Tempat tidur & makan gratis......Hehehe.... Malam itu di rumah beliau kami tidur lebih awal, karena memang kondisi disana menjelang ba’da isya’ sudah sangat sepi.
terong susu
KEMBALI KE MASA LALU: Sesampai di Rumah Pak Akhim, kami disambut oleh Ibu Akhim dengan membawa teh hangat. Nikmat rasanya.... Saya berbincang-bincang dan kedua WW jalan-jalan sambil “memotret-motret” apa yang mereka jumpai. Kami melihat terong yang aneh bentuknya, katanya namanya “terong susu”. Kami juga melihat bunga yang beraneka bunga yang indah menghiasi halaman Rumah Pak Akhim. Di sebelah Rumah Pak Akhim kami sempat mengajak anak kecil... Gemes ngelihat anak kecil yang lucu....
Perjalanan yang rencana mau kami lakukan setelah subuh dibatalkan, karena kurang etis pagi-pagi minta izin pulang (padahal biar sekalian biar dapet makan pagi dulu........ hehehe). Pagi itu, kami coba packing ulang carrier2nya WW’s yang bermasalah terutama punya “peserta” sambil menunggu jamuan pagi dari tuan rumah.
Setelah makan pagi kami siap2 untuk pamit. Tak lupa saya keluarkan beberapa sampah yang ada di dalam tubuh saya agar mengurangi beban dalam perjalanan. Hehehe.... Tak lupa kami berfoto2 dulu dengan Pak Akhim & istrinya. Tapi apa yang terjadi? Kamera tiba-tiba error..... Berkali-kali di coba tetap error.... aku coba otak-atik, tetap error.... akhirnya dengan kecewa & malu, kami lanjutkan saja perjalanannya.
Perjalanan terasa begitu nikmat, karena perut sudah terisi dan cuaca pagi itu begitu bersahabat. Kurang lebih dua kilometer kami jalan, sampailah di gerbang TNGHS. Kami istirahat sambil mencari “pampers” yang hilang... Tahukah u kalau pampers dan pembalut dipakai untuk bantalan lengan carrier?
Perjalanan dari gerbang ke Cikaniki terbilang begitu cepat... Hanya istirahat lepas carrier sekali. Sisanya hanya membungkukkan badan kalau sudah terasa capek jalan. Sedikit demi sedikit.... sambil melihat patok penunjuk jarak, semakin dekat dengan Cikaniki angka patok tersebut semakin kecil. Batu berjalar menemani langkah kami, diiringi pepohonan dan semak yang berbaris di kanan-kiri jalan. Kondisi waktu itu sudah mendung. Kami berharap bisa sampai Cikaniki sebelum hujan tiba.
Akhirnya target kami berhasil sampai Cikaniki sebelum hujan tiba. Kami istirahat disana, untuk berfoto-foto, makan; karena kondisi memang sudah lapar dan sholat Dhuhur. Di sela-sela istirahat, datang Owa Jawa (Hylobates moloch) menyambut kami. Sungguh, perjalananku tak sia-sia, penuh dengan berbagai moment yang tak terduga. Sudah enam kali mengunjungi lokasi ini, baru pertama kali menikmati perjalanan yang penuh dengan “misteri” ini.... Hehehe...
Beberapa saat kemudian, hujanpun tiba. Daripada “ngegabut” lebih baik masak mie instan saja, lumayan buat isi perut. Aku yang menyediakan mienya dan WW’s yang memasak. Sungguh nikmatnya makan mie siang itu... Sebelum berangkat, tak lupa strategi kami atur kembali dalam menjawab pertanyaan mereka (panitia & peserta), agar mereka tak curiga.
Kami putuskan melanjutkan perjalanan ke Citalahab setelah hujan reda. Jam dua kami baru mulai melanjutkan perjalanan dengan melalui kebun Teh Nirmala. Ditengah-tengah perjalanan huja lebat. Kami putuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan dengan bantuan payung. Bukit demi bukit kami lalui. “Peserta” bertanya-tanya terus, kapan nyampeknya? Agar tidak terlalu capek, kami sempatkan melihat-lihat pemandangan Kebun Teh yang membentang luas. Tak lupa kami sempatkan untuk mengabadikan moment ini. Satu jam kemudian sampailah kami di Camping Ground Citalahab dengan penuh bangga.
Berbagai rintangan telah dilalui dengan baik. Akhirnya misiku berhasil juga sampai ke Citalahab dengan selamat mendampingi kedua WW..... Hehehe....
Ponorogo, 6 Februari 2011
Bospory
Jumat, 03 Februari 2012
Tahukah Kamu Perbedaan Kata Aamiin Dengan Amin?
2. "AAMIN” (alif panjang & mim pendek), artinya MEMINTA PERLINDUNGAN KEAMANAN
3. ”AMIIN” (alif pendek & mim panjang), artinya JUJUR TERPERCAYA
4. “AAMIIN” (alif & mim sama-sama panjang), artinya YA TUHAN, KABULKANLAH DOA KAMI
Usaha (Kerja Keras) Jangan Cuma Mikir Doank
Kata Dr. James memang benar bahwa " saya tidak pernah menjumpai seseorang menderita karena bekerja keras, tapi banyak menjumpai orang menderita karena banyak berpikir tapi tak cukup untuk berusaha". Biasanya masalah-masalah seperti ini banyak dijumpai disekitar kita (kampus) bagi mahasiswa awal semester yang banyak tugas (kuliah & organisasi) dan mahasiswa tingkat akhir (yang bingung nulis skripsi). Hahahaha
Memang itulah suatu dinamika hidup, kadang di atas- kadang dibawah (mirip roda yang berputar). Atau melewati jalan yang berliku-liku (kiri-kanan-naik-turun). Namun apabila kita bisa menyikapi hal itu, maka hidup serasa lebih nikmat seperti biasanya. Banyaknya suatu dinamika menjadi suatu tantangan hidup dan banyak pelajaran yang bisa kita ambil dibalik berbagai masalah yang ada. Kuncinya, jangan terlalu mudah putus asa ataupun mengeluh. Berusaha, Jujur, Sabar, & Berdo'a.
Dalam surat al 'Ashr ayat 3 : watasoubil haqqi, watashshoubisshobr (dan nasihat menasihati dalam berbuat kebenaran, dan nasihat menasihati dalam menetapi kesabaran). Kalimat ini menggambarkan betapa pentingnya kita saling menasihati antar sesama dalam berbuat kebenaran & kesabaran. Manusia tak ada yang sempurna, tempatnya lupa atau khilaf. Untuk itu, marilah kita saling menasihati antar sesama, apabila ada yang berbuat khilaf. Kita nasihati dengan lembut dan kesabaran apabila teman kita susah untuk dinasihati. Perlahan tapi pasti (sedikit demi sedikit). Insyaallah akan luluh juga.
Mari bersama-sama merubah diri untuk menjadi yang lebih baik, jangan sampai menjadi orang yang hanya berangan-angan saja. Kata Leo Tolstoy "banyak orang ingin mengubah dunia, tapi tidak banyak diantara mereka ingin mengubah dirinya sendiri". Jangan terlalu banyak bermimpi maupun berkhayal yang terlalu berlebihan. Coba kita lihat dari diri kita sendiri, apa yang sudah kita lakukan hari ini, hari lalu, dan apa yang akan kita lakukan besok.....
Semoga kita menjadi orang yang berguna bagi
NUSA, BANGSA & AGAMA
Aamiin....
PEACE LOVE