Minggu ke dua survey orangutan
penuh dengan moment-moment yang tak terduga dan mungkin saying untuk dilupakan.
Mulai dari hal yang kecil, sampai ke hal-hal yang mempengaruhi kinerja pada
saat melakukan survey. Dari hal-hal yang bersifat teknis maupun non teknis.
Beberapa moment menarik tertuang dalam deretan paragraph dibawah ini.
·
Hari H tidak ada orang
Rencana yang sudah dipersiapkan
dengan cukup baik akhirnya pupus gara-gara hal yang tak disangka-sangka. Pagi
itu hari Jum’at aku menunggu jemputan kawan ke kantor di Ketapang untuk
berangkat survey Orangutan. Rencananya kami akan berangkat menuju lokasi camp
yang telah disurvey sebelumnya setelah sholat Jum’at. Karena jarak cukup jauh
dari Ketapang ke lokasi, aku berencana pagi berangkat ke Desa Sungai Pelang dan
kemudian ba’da sholat Jum’at berangkat dari desa itu.
Pagi itu sekitar pukul 08.30 WIB
aku menghubungi kawanku karena belum sampai di kantor. Namun tidak ada respon
sama sekali. Mungkin sedang perjalanan kesini pikirku. Ternyata memang benar,
beberapa menit kemudian dia sampai dengan muka was-was, seperti orang
kebingungan. Rupanya ada info bahwa tiga orang tim survey tidak bisa ikut
karena ada urusan. Tetapi tidak jelas urusan apa sebenarnya mereka. Cukup
mendadak sih memang.
Siang itu akhirnya kami yang
tersisa (maksudnya aku dan kawanku) memutuskan untuk mencari orang lagi, karena
mereka yang punya urusan baru bisa mengikuti survey tiga hari kedepan.
Untungnya kami yang tersisa tidak serta merta mengamini tanggapan mereka. Baru
terungkap ketika kami mampir ke rumah abangnya setelah survey dengan tim lain,
rupanya mereka bertiga ada borongan pekerjaan dan nyatanya sampai seminggu pun
belum beres juga kerjaan mereka. Memang begitulah resiko pekerjaan borongan,
kalau dilihat secara kasat mata cukup menggiurkan duitnya. Tapi ketika
dipelajari lebih mendalam dan dikerjakan, rupanya zonk….. Hehehee… *(Ada juga sih
yang memang muantappp pekerjaan borongan. Tapi ya jarang-jarang).
·
Tim baru (No Camp)
Jum’at malam aku dapat informasi
dari Roby kalau sudah mendapatkan tim baru, menggantikan tim lama yang punya
urusan penting yang nyatanya ada pekerjaan lain yang menurut mereka lebih
menggiurkan. Tim baru ini merupakan kawan-kawan Roby yang memang belum terlalu
pengalaman keluar-masuk hutan. Mereka mau ikut survey dengan syarat “no-camp”
alias bolak-balik ke Desa. Aku akhirnya menyetujui saja permintaan mereka. Ya
setidaknya kita coba dua hari kedepan bagaimana respon kondisi kita, apa tetap
fit apa droup. Hehee…
Tim baru ini harapanku kedepannya
bisa mengikuti kegiatan dalam upaya patrol Hutan Desa mereka. Selama ini masih
sangat jarang kalangan muda yang ikut terlibat dalam patrol. Hanya di Hutan
Desa Laman Satong saja yang sudah berhasil menggerakkan kalangan muda dalam
melakukan kegiatan patrol. Itulah yang menjadi alasanku mennggapi permintaan
mereka. Harapannya disela-sela kegiatan survey mereka bisa menikmati dan menjadi
tertarik untuk bergabung dalam misi yang mulia ini. Ya prinsipku diperkenalkan
dulu pada mereka. Setelah itu harapannya mereka akan tahu dan kemudian mulai
menyukai. Akhirnya setelah menyukai akan timbul kecintaan. Aamiin…. J
Ternyata, pulang-pergi (PP) itu mengasyikkan juga. Salah satu hikmahnya adalah, tidur ditempat yang lebih beradap dan yang paling menarik adalah makanannya lebih nikmat dan beragam. Heheee
Rencana lokasi camp selama survey di Grid 210 & 221 "camp bekas penambang emas illegal"
·
Aliran Air & Jebakan
Grid yang kami survey lumayan
cukup jauh dari jalan utama. Kami berjalan sepanjang 2 km untuk menuju lokasi
di Grid 221 dan sepanjang lebih dari 3 km menuju Grid 210. Perjalanan ini rutin
ditempuh selama survey karena kami sudah sepakat untuk pulang-pergi (PP) dari
desa ke hutan.
Satu kilometer pertama dari jalan
kami menyusuri jalan setapak di pinggir sungai, sampai menuju lokasi rencana
camp kami di lahan bekas pertambangan emas illegal. Kemudian dilanjutkan lagi
satu kilometer kearah Selatan dengan membuat rintisan, karena sudah masuk area
hutan. Tiga ratus meter pertama masih termasuk hutan kerangas, tanah berpasir
dengan tegakan yang agak jarang dan homogen. Rupanya ada bekas jalan setapak
menuju ke hutan, sehingga kami menafaatkan jalur ini agar dapat menghemat energi
alias tak merintis. Diperjalanan kami menemukan bekas pembakaran hutan yang
membuat tegakan yang masih berdiri mongering. Mungkin untuk rencana digunakan
untuk lahan perladangan.
Memasuki tujuh ratus meter dari
Grid terdekat terdapat aliran air dari sungai yang kami lewati semua. Aliran
air ini menyebar cukup luas mengalir ke area yang lebih rendah. Aliran air ini
memang sudah tidak membentuk sungai lagi. Kami harus berhati hati karena banyak
jebakan di dalam air alias banyak lubang-lubang yang dapat menghambat laju
perjalanan kami. Lubang-lubang tersebut tak terlihat karena airnya cukup keruh.
Dilokasi ini pula ditemukan bekas jalan gerobak pengangkut log dan tebangan
yang dibiarkan.
·
Ban Bocor
Supaya kegiatan survey lebih optimal, kami berencana untuk
berangkat lebih pagi. Ternyata rencana kami belum diberkahi. Ditengah-tengah
perjalanan motor yang aku tunggangi “oleng”. Aku memperlambat laju dan mencoba
memeriksa kondisi motor. Rupanya ban belakang bocor. Apes dah…. Kebetulan bocor
pas ditengah-tengah jalan tanpa ada penghuni alias jalan ditengah-tengah lahan
kosong. Kami harus mencari tukang tambal ban yang letaknya cukup jauh.
Sesampai ditukang tambal ban, ternyata ban dalam harus diganti karena terkena
kawat-kawat ban luar. Akhirnya ban dalam yang lama digunakan untuk pelapis ban
dalam baru untuk menghindari tusukan kawat-kawat ban luar. Cukup membuang waktu
juga ban bocor ini.
·
Rawa apa rawa-rawaan
Lokasi survey di Grid kami kali
ini cukup dalam juga rawanya. Kedalaman airnya mencapai satu meter lebih.
Anehnya, air rawa ini sebagian berasal dari para penambang emas illegal yang
berada di dalam dan sekitar area survey. Di grid 210 kondisi lebih parah.
Airnya cukup dalam dan tercemar oleh bahan-bahan kimia dari aktivitas
pertambangan emas illegal tersebut. Mungkin jika airnya dianalisis ke
laboratorium sudah banyak terkontaminasi bahan-bahan kimia berbahaya. Menurut
beberapa orang, aktifivas pertambangan emas illegal ini sering menggunakan
bahan kimia berbahaya, misalnya merkuri (air raksa).
Menurut Darmono (1995) dalam www.mineraltambang.com ada bentuk
anorganik, Hg berikatan dengan satu atom karbon atau lebih, sedangkan dalam
bentuk organik, dengan rantai alkil yang pendek. Senyawa tersebut sangat stabil
dalam proses metabolisme dan mudah menginfiltrasi jaringan yang sukar ditembus,
misalnya otak dan plasenta. Senyawa tersebut mengakibatkan kerusakan jaringan
yang irreversible, baik pada orang dewasa maupun anak. Toksisitas Hg anorganik
menyebabkan penderita biasanya mengalami tremor. Jika terus berlanjut dapat
menyebabkan pengurangan pendengaran, penglihatan, atau daya ingat. Senyawa
merkuri organik yang paling populer adalah methyl mercury yang berpotensi
menyebabkan toksisitas terhadap sistem saraf pusat. Kejadian keracunan metil
merkuri paling besar pada makhluk hidup timbul di tahun 1950-an di Teluk
Minamata, Jepang yang terkenal dengan nama Minamata Disease
Fardiaz (1992) dalam www.mineraltambang.com menyatakan
walaupun mekanisme keracunan merkuri di dalam tubuh belum diketahui dengan
jelas, beberapa hal mengenai daya racun merkuri dapat dijelaskan sebagai
berikut:
- Semua komponen merkuri dalam jumlah cukup, beracun terhadap tubuh.
- Masing-masing komponen merkuri mempunyai perbedaan karakteristik dalam daya racun, distribusi, akumulasi, atau pengumpulan, dan waktu retensinya di dalam tubuh.
- Transformasi biologi dapat terjadi di dalam lingkungan atau di dalam tubuh, saat komponen merkuri diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
- Pengaruh buruk merkuri di dalam tubuh adalah melalui penghambatan kerja enzim dan kemampuannya untuk berikatan dengan grup yang mengandung sulfur di dalam molekul enzim dan dinding sel.
- Kerusakan tubuh yang disebabkan merkuri biasanya bersifat permanen, dan sampai saat ini belum dapat disembuhkan.
Kontaminasi raksa dapat melalui
inhalasi, proses menelan atau penyerapan melalui kulit. Dari tiga proses
tersebut, inhalasi dari raksa uap adalah yang paling berbahaya. Jangka pendek
terpapar raksa uap dapat menghasilkan lemah, panas dingin, mual, muntah,
diare, dan gejala lain dalam waktu
beberapa jam. Jangka panjang terkena uap raksa menghasilkan getaran, lekas
marah, insomnia, kebingungan, keluar air liur berlebihan, ritasi paru-paru, iritasi mata, reaksi
alergi, dari kulit rashes, nyeri dan sakit kepala dan lainnya.
Mercury memiliki sejumlah efek
yang sangat merugikan pada manusia, di antaranya sebagai berikut :
- Keracunan oleh merkuri nonorganik terutama mengakibatkan terganggunya fungsi ginjal dan hati.
- Mengganggu sistem enzim dan mekanisme sintetik apabila berupa ikatan dengan kelompok sulfur di dalam protein dan enzim.
- Merkuri (Hg) organik dari jenis methyl mercury dapat memasuki placenta dan merusak janin pada wanita hamil sehingga menyebabkan cacat bawaan, kerusakan DNA dan Chromosom, mengganggu saluran darah ke otak serta menyebabkan kerusakan otak.
Sangat serius bahaya proses raksa bagi
kesehatan dan lingkungan. Maka dari itu larangan penggunaan pun semakin ketat. Pada tahun 1988, diperkirakan
24 juta lb/yr dari raksa yang dilepaskan ke udara, tanah, dan air di seluruh
dunia sebagai hasil dari aktivitas manusia. Hal ini termasuk raksa yang dilepaskan
oleh pertambangan raksa dan memperbaiki berbagai operasi manufaktur, dengan
pembakaran batu bara, dan sumber lainnya. (www.mineraltambang.com)
Perkampungan di area pertambangan emas illegal
Ketika kami sedang survey di Grid
210, rupanya disana banyak sekali aktivitas pertambangan emas. Dilokasi ini
para penambang secara berkelompok. Lubang (galian) hasil pertambangan sangat
dalam. Mungkin mencapai sepuluh meter kedalamannya. Saat kami dating mereka
biasa-biasa saja, karena saat kami ditanya sama mereka kami menjelaskan bahwa
kami sedang melakukan survey orangutan. Bahkan saat kami foto-foto dilokasi ini
ekspresi mereka biasa-biasa saja.
Saat kami mencoba mencari-cari
lokasi menuju ke hutan, kami melihat ada jalur motor yang dibuat dari papan
kayu agar roda tidak masuk ke genangan air atau rawa. Kami pun mengikuti jalur
tersebut sekalian mau mencari lokasi menuju hutan yang tidak dalam rawanya.
Beberasaat kemudian setelah berbelok kami melihat banyak tenda-tenda biru
berjejer cukup banyak. Alamaaakkk…. Ada perkampungan di daerah ini. Lokasi ini
benar-benar mirip perkampungan. Perkampungan orang-orang yang melakukan
penambangan emas illegal. Mereka membawa keluarga mereka dilokasi ini demi
efisiensi kerja mereka.
·
Kehabisan bahan bakar + laher roda belakang pecah
Sore itu kami pulang agak lebih
awal dari hari sebelumnya supaya tidak kesorean sampai di desa. Hari itu memang
cukup jauh survey kami lakukan. Sampai di jalan utama sesuai harapan, sekitar
pukul 16.15 WIB. Diperkirakan kami sampai desa sekitar pukul 17.00 WIB. Baru
berjalan beberapa menit, motor temenku kehabisan bahan bakar. Akhirnya motor
kami dorong dengan bantuan motor satunya yang aku naiki. Untuk orang jualan
bensin tidak terlalu jauh. Setelah mengisi bensin kami pun siap melanjutkan
perjalanan kembali.
Beberapa saat kemudian yang tak
diduga-duga terjadi. Motor yang aku naiki kemudian mengeluarkan suara ganda,
yang satunya berasal dari roda belakang setelah kami terjebak lubang yang tidak
cukup dalam sebenarnya. Setelah coba dicari-cari ternyata lahernya ada yang
pecah. Aku kira ada gesekan antara roda dengan rangka motor atau komponen lain.
Kami pun tak bisa mengendarai motor dengan cepat karena cukup berbahaya. Mau
dibawa ke bengkel pun letaknya cukup jauh. Dengan sabar kami mengendarai dengan
pelan-pelan hingga mega mega merah di ufuk barat pun lenyap, kami belum juga sampai
ke rumah. Memang apes…
Hikmah dibalik kehabisan bensin & laher pecah "panorama senja"
·
Illegal loging
Minggu ke dua ini aku juga
mendengar, melihat dan sekaligus menemukan illegal logging, khususnya yang
paling banyak ditemukan di Grid 221. Sistem illegal logging disini caranya
dengan menebang pohon-pohon dengan diameter diatas 30 cm, kemudian dibiarkan
dalam waktu beberapa hari dalam bentuk log. Lalu beberapa hari kemudian
dipotong-potong dalam bentuk kayu balok dan dikeringkan di dalam hutan dalam
tempo waktu tertentu. Setelah itu baru diangkut keluar hutan.
·
Padang alang-alang
Padang-alang cukup luas, mayoritas
merupakan areal pertambangan emas illegal karena lokasi ini umumnya berpasir.
Alang-alang ini ada yang cukup lebat dengan ketinggian mencapai lebih dari satu
meter. Kalau kita menggunakan baju lengan pendek jika alang-alang terkena
tangan maka akan menimbulkan gatal-gatal dan lecet yang membentuk
sayatan-sayatan. Padang alang-alang ini cukup luas, mirip seperti di televise-televisi
dalam sebuah sinetron. Hehehee…
·
Kamera Digital rusak
Setiap melakukan aktifitas survey
aku selalu mendokumentasikannya. Khususnya jika kami menemukan sarang
orangutan, illegal logging dan pertambangan emas illegal, serta yang pastinya
lokasi-lokasi yang menurut kami menarik. Semuanya terdokumentasikan dengan baik
selama tiga hari itu. Di hari keempat pun dokumentasi berjalan dengan lancer.
Di hari keempat itu pula banyak peristiwa yang menarik ditemukan, mulai dari
penambangan emas illegal, perkampungan di tengah kawasan hutan, sampai
rawa-rawa yang cukup dalam. Sayangnya ketika kami masuk rawa kamera yang sudah
aku bawa error karena terkena air ketika terpeleset di rawa ketika melewati
kayu-kayu sebagai pijakan.
Malam harinya aku langsung
mencoba mengcopy file yang ada di micro-SD ketika teman-teman yang baru ingin
meminta foto. Awalnya sih bisa dibuka, tapi kok ndak bisa di copy di laptop.
Kenapa ini ya… pikirku karena laptopnya agak error karena mungkin ada virus. Kemungkinan
besar yang lain kenapa data tidak bisa di copy karena micro-SD nya masih belum
kering karena terkena air ketika survey tersebut. Sehingga karena masih basah
itulah micro-SD menjadi error. Sayangnya setelah sampai kantor micro-SD sudah
diformat. Ternyata ada beberapa software atau aplikasi yang dapat merecovery
data di dalam micro-SD. Meskipun belum tahu keakuratan hasilnya. Tapia pa salahnya
dicoba. Sayang banget ya…. Gara-gara gak nanya dulu ke mbah google…. Padahal
perjuangan untuk mendapatkan dokumentasi itu harus berjalan berkilometer, menyeberangi
rawa, melewati padang alang-alang yang bikin gatal dan luka, cuaca panas yang
bikin kulit menjadi lebih exotic alias gelap…. Hehehe…. Ya sudahlah, mau gimana
lagi. Nasi sudah menjadi bubur.
*Sungguh saying sih sebenarnya…
dokumentasi lenyappppp L